Pada tanggal 29 Juni 1970, saat ekspedisi Nanga Parbat, Reinhold Messner dan adiknya Günther Messner dilanda longsoran salju. Naas saat itu Günther harus merelakan nyawanya.
Tujuan utama ekspedisi adalah membuka rute baru, dinding Rupal yang belum tersentuh, pada sisi selatan-tenggara. Rupal Face adalah salah satu tebing terbesar di Bumi dengan ketinggian 4.500 meter. Mereka naik dengan metode klasik tetapi tanpa menggunakan tabung oksigen.
![]() |
| Günther Messner |
Hari-hari terakhir bulan Juni, lebih dari sebulan setelah dimulainya ekspedisi, team masih terjebak di base camp oleh cuaca buruk. Pendakian menuju camp 5, 7.200 meter, sebagian besar di bawah siraman lebat hujan salju.
Pada hari-hari selanjutnya, kondisi cuaca sedikit membaik. Tetapi waktu istirahat terlalu lama dan angin musim mendekat. Berdasarkan alasan ini team memutuskan untuk melakukan pendakian cepat, di mana Reinhold harus mendaki solo sepanjang gundukan Merkl dan menuju puncak. Sementara anggota lain akan melengkapi jalur turun.
Setelah beberapa kali mengalami kesulitan dalam menemukan jalur naik, Reinhold menyadari bahwa Günther menyusulnya di dinding, dan dia menunggu agar dapat terus bersama. Dengan susah payah pada 27 Juni, kedua bersaudara saling mengucapkan selamat atas pencapaian mereka, yang merupakan pendakian ketiga Nanga Parbat dan pertama dari melalui dinding Rupal. Kemudian mereka bergegas turun karena kegelapan sudah mulai tiba.
Reinhold menyadari bahwa saudaranya tidak dalam kondisi untuk terus menuju base camp. Günther terlihat lelah dan mulai mengalami halusinasi. Jadi setelah bivak di garpu Merkl, di pagi hari, Reinhold memutuskan turun sendiri. Dari tempat sekiranya di mana rekannya dapat mendengar, dia berteriak memanggil meminta pertolongan. Tetapi mereka tidak dapat berkomunikasi.
![]() |
| Günther Messner dan Reinhold Messner |
Kondisi Gunther genting, dan harus segera di bawa turun, melintasi jurang tidak mungkin. Hanya sisi Diamir yang tersisa, tersapu oleh longsoran salju terus menerus. Tebingnya panjang dan bergelombang, tetapi Gunther tampaknya telah pulih sedikit. Bahkan Reinhold tidak memiliki kekuatan dan mulai mengalami halusinasi, tetapi terus bergerak maju dan akhirnya berhasil mencapai bentangan.
Mereka berhenti dan bermalam untuk memulihkan tenaga. Tetapi Reinhold kembali khawatir melihat adiknya demam tinggi. Dia memanggil dan meneriakkan namanya. Satu-satunya yang teringgat pada Reinhold adalah saat itu adalah kenyataan bahwa saudaranya Günther telah tiada tersapu longsoran es.
![]() |
| Lereng Rupal Nanga Parbat, Pakistan |
Banyak kritik selama bertahun-tahun tentang pilihanannya yang dibuat hari itu, terutama karena telah meninggalkan saudaranya dalam bahaya untuk turun mencari bantuan.
Namun penemuan jasad Günther oleh penduduk setempat tahun 2005, di dinding Diamir, di ketinggian sekitar 4.600 meter, telah mengkonfirmasi kebenaran cerita versi Messner dan membersihkan namanya dari segala macam tuduhan terhadapnya.
Berjenggot lebat, penuh semangat, Reinhold Messner sering disebut pendaki terbesar dalam sejarah. Terkenal flamboyan dan suka memaksakan diri, ia kini hidup berkelebihan di sebuah istana yang direstorasi di Tyrol selatan, di perbatasan Italia dengan Austria.
![]() |
| Reinhold Messner dan Günther Messner dengan latar belakang Nanga Parbat |
”Aku tak bisa makan atau minum apa pun berhari - hari, aku mengalami halusinasi, jari kakiku menghitam akibat frostbite dan adikku hilang ditelan longsor” _Reinhold Messner_
Diolah dari berbagai sumber





0 Comments:
Posting Komentar