Memahami Tentang Tragedi Ekspedisi K2 - Agustus 2008

K2 memiliki daya tarik yang unik untuk pendaki gunung. Ini dilihat dari julukannya "The Mountainer's Mountain" dan menawarkan tantangan yang berbeda, menguji para pendaki untuk mencapai batasnya.

Pada tanggal 1 Agustus 2008, K2 menunjukkan dirinya. Tercatat 11 pendaki gunung dari beberapa negara mengakhiri hidupnya di sana. Sedang tiga pendaki lainnya terluka parah. Tragedi ini menjadi salah satu musibah paling buruk dalam sejarah pendakian dunia.

Laporan utama adalah akibat longsoran salju pada daerah "The Bottleneck", yang menghancurkan jalur karmantel pemajatan. Di antara yang tewas adalah orang-orang dari Korea, Nepal, Pakistan, Perancis, Serbia, Norwegia dan Irlandia. Bagaimana begitu banyak pendaki berpengalaman tewas dalam satu hari, dan apa yang terjadi?
The Gilkey Memorial at K2 base camp.
Untuk memahami Bencana K2 - 2008, pertama-tama kita harus memahami dinamika cuaca dan tim yang hadir di gunung pada waktu itu. Ada beberapa tim multi-nasional di gunung pada tahun 2008, dengan pendaki dari Pakistan, Serbia, Norwegia, Swedia, Korea Selatan, Irlandia, dan tim Belanda disponsori oleh Norit dan lain sebagainya.

Menjelang dimulainya push summit, semua tim sepakat bahwa mereka harus bekerja sama untuk mengatur karmantel tetap agar semua anggota team dapat mencapai puncak K2 dengan aman dan cepat. Tapi seperti tragedi Everest tahun 1996 , rencana ini juga tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Dilaporkan bahwa team diatas akan bertanggung jawab untuk memperbaiki karmantel ke camp 4. Ketika pemimpin diatas jatuh sakit, maka tidak ada yang mengurus porter. Team Korea bertanggung jawab untuk memeriksa ulang karmantel, dan memastikan semuanya telah diatur dengan benar.

Team perintis seharusnya berangkat awal pada jam 12:00 AM, tapi tenyata tidak dan tetap berada di tenda. Mereka pun mengajukan Pemba Gyalje Sherpa, untuk mengambil tanggung jawab tersebut. Dia kemudian didampingi Alberto Zerain, seorang pendaki solo dan beberapa pendaki lainnya. Pada saat tersebut, mereka telah terlambat sekitar 75 menit dari jadwal semula.

Tali karmantel dipasang di lokasi tidak selalu membutuhkan tali tetap, Cecilie Skog mengatakan bahwa ada beberapa tali telah diperbaiki "sangat awal" dalam pendakian. Ini menyebabkan tali yang cukup. Team kemudian harus menghadapi keputusan untuk kembali ke posisi awal untuk mengambil tali, dengan dipimpin oleh Rooijen. Mereka menempatkan tali tetap di bagian lebih dekat ke puncak. Hal ini menyebabkan banyak kehilangan waktu, ditambah dengan fakta bahwa team awal tidak melakukannya tepat waktu pukul 12:00 AM.

Sebagian besar pendaki mencapai Bottleneck "Rute Abruzzi Spur" sekitar jam 4 sore. Waktu tersebut tidak cukup untuk Summit K2 dan turun di siang hari. Salah satu pendaki yang memilih untuk tidak melanjutkan pendakian adalah Fredrik Sträng.

Tragedi pertama terjadi di daerah Bottleneck. Dren Mandic, pendaki Serbia melewati Cecilie Skog dan Rolf Bae suaminya, serta Lars Flatø Nessa. Menurut cerita apa yang terjadi selanjutnya, Dren berdiri agar mereka percaya bahwa dia baik-baik saja. Namun kemudian dia jatuh lagi, jelas ada sesuatu yang salah dengan fisiknya.

Para pendaki menyatakan bahwa mereka berbicara apakah beberapa diantara mereka harus turun untuk membantunya. Wilco van Rooijen, seorang pendaki Team Norit, termasuk Jelle Staleman, menyatakan dalam sebuah wawancara untuk film "The Summit" mengenai tragedi itu, bahwa ada cukup banyak team yang berada di bawah, termasuk team Serbia yang memutuskan untuk turun. Dia merasa bahwa salah satu dari mereka dapat membantu dan mereka melanjutkan pencapaian puncak.

Rolf Bae juga berbalik karena merasa tidak dapat mencapai puncak, namun dia meminta istrinya Cecilie Skog dan Nessa tetap melanjutkan. Menurut Pemba Gyalje Sherpa, percakapan diantara para pendaki hanya berlangsung sekitar 3 hingga 4 menit sebelum di putuskan melanjutkan pendakian dan meninggalkan Dren di belakang.

Fredrik Strang memutuskan untuk memberikan bantuan kepada Dren, tetapi ketika dia tiba Predrag Zagorac dan Iso Planić, pendaki Serbia sudah terlebih dahulu ada di sana. Dren sudah mati.

Sträng dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa dia tahu Dren sudah mati. Dia tidak akan mempertaruhkan nyawanya untuk membantu menurunkannya. Ada aturan tak tertulis di gunung, saat seorang pendaki tidak bergerak, setiap upaya penyelamatkan dengan memindahkannya dapat menyebabkan kematian diri sendiri.

Namun, karena mereka sudah berada di sana, mereka setuju bahwa mereka harus membawa Dren turun setidaknya ke camp 4, di mana dapat dilakukan "penguburan secara layak"

Selama perjalanan menuju turun inilah tragedi kedua terjadi. Jehan Baig, seorang HAP Pakistan yang datang membantu mengambil tubuh Dren, kehilangan pijakannya.

Sudah disepakati ketika mereka mulai membawa tubuh Dren turun, bahwa jika salah satu diantara mereka terjatuh, maka dia harus melepaskan tali pengamannya. Para pendaki memohon agar Jehan Baig melepaskan tali pengamannya. Dia pun melakukannya. Setelah itu dia meluncur dan jatuh ke dalam jurang. Kematian Jehan Baig adalah contoh dari apa yang bisa terjadi ketika mencoba memindahkan jasad di gunung seperti K2.

Alberto Zerain, dari Spanyol adalah orang pertama yang mencapai puncak dan turun melewati tim Norwegia, yang sedang dalam perjalanan naik. Dalam perjalanan turun, dia memberi tahu Lars Nessa bahwa posisi mereka berada hanya sekitar satu jam ke puncak.

Team Norit berhasil mencapai puncak pada pukul 07.20. Marco Confortola mencapai puncak jam 07.30. McDonnell memberikan peralatan Pemba, termasuk kamera, telepon satelit dan barang-barang lainnya. Peralatan terbukti sangat penting dalam menceritakan kembali cerita tersebut.

Team Norwegia mengejar Rolf Bae yang tetap tinggal. Ketiganya melanjutkan untuk turun bersama, dan 15 menit setelah mencapai tali tetap, kegelapan mulai menutupi sekitar.

Lars Nessa bertanya pada Rolf Bae "apakah dia ingin lebih dulu" - Bae menjawab “Lars, aku pergi duluan, kamu merawat istriku Cecilie”. Itu adalah pesan terakhir yang disampaikan Rolf Bae.

Dalam hitungan detik sebuah hujan es menyapu Bae dari depan istrinya. Dia tewas seketika dan jatuh dari gunung.

Ketika kegelapan semakin menutupi daerah tersebut, 15 pendaki yang sedang dalam perjalanan turun, mulai lelah dan tidak fokus. Akhirnya mereka mencapai team Korea pada titik mana diputuskan bahwa semua akan turun secara terorganisir yang melekat pada satu tali.

Namun saat mendekati lokasi tempat tali tetap berada, menurut Pemba, team Korea berhenti. Pemba kemudian menyatakan "Tidak mungkin untuk membawa mereka turun dengan tali yang sama karena mereka duduk".

Jadi para pendaki melepaskan diri dari tali dan masing-masing berjalan menuju tempat tali tetap, meninggalkan team Korea yang melekat pada tali panjang yang mereka gunakan bersama-sama.

Marco Confortola menyatakan bahwa dia berkata kepada Ger McDonnell bahwa itu adalah ide yang buruk untuk terus bergerak dalam kegelapan. Di suatu tempat, di saat yang hampir bersamaan, Karim Meherban dari Pakistan tewas. Tidak begitu jelas kapan, di mana atau bagaimana dia tewas.

Cas van de Gevel dan Hugues D'Aubarede terus turun melintasi kegelapan. Setelah Gevel berhasil melewati Bottleneck, Gevel mengatakan kalau dia melihat seorang pendaki jatuh.

Confortola berkata dia mendengar suara keras Bivy dan melihat headlamp jatuh. Dipercaya bahwa pendaki yang disaksikan kedua pria itu adalah D'Aubarede, yang lelah dan kehabisan oksigen beberapa jam sebelumnya.

Pemba Dorje, Cecilie Skog, Lars Nessa, dan Cas van de Gevel berada di antara tujuh pendaki yang mencapai camp 4.

Pagi hari tanggal 2 Agustus, tampak jelas bagi Ger, Rooijen, dan Confortola bahwa tali-tali telah tersapu oleh hujan es. Rooijen dikejutkan oleh kebutaan salju, dan dia mengatakan kepada dua pendaki lain, bahwa dia harus turun saat masih memiliki penglihatan. Dalam perjalanan turun, dia bertemu team Korea, dan satu Sherpa. Dia menjelaskan :

“Saya baru saja turun, dan tiba-tiba, orang Korea itu hanya tergantung di sana. Saya hanya berpikir, apa yang mereka lakukan di sini? Saya tidak mengerti apa-apa tentang hal itu” - Wilco van Rooijen.

Dari tiga orang Korea yang tergantung, satu mencapai Rooijen. Dua lainnya tidak bergerak, ketiganya terjerat di tali. Rooijen memberinya satu set sarung tangannya dan melanjutkan turun ke camp 4. Dia mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa menolongnya.

Pada saat tersebut, Pemba mengambil foto para pendaki yang menggantung dari camp 4. Pemimpin Korea menyarankan misi penyelamatan. Namun, team Amerika mengatakan mereka tidak memiliki cukup tenaga, bahwa itu bukan tur dan mereka tidak bisa berkeliling "evakuasi orang dari gunung".

Strang, yang telah berusaha menyelamatkan Mandic sebelumnya juga menolak mengutip bahwa ketiga pendaki itu sudah terlihat tewas.

Pemimpin Korea, Tuan Kim, mengirim dua Sherpas untuk menyelamatkan tiga pendaki Korea. Rooijen, yang turun akibat buta salju, menyatakan kemudian bahwa dalam perjalanan turun, dia melihat ke atas dan melihat Confortola dan Ger dengan team Korea.

Dalam sebuah wawancara Confortola mengatakan bahwa "semuanya hancur" dan "ada darah di mana-mana".

Dia mengambil radio dari bawah Sherpa yang menggantung dan meminta bantuan, memberitakan dia harus turun karena lelah. Dia juga mengatakan bahwa dia melihat Ger naik kembali, tidak yakin apakah dia berusaha untuk memotong orang Korea. Confortola memutuskan untuk turun dan meninggalkan Ger dan tiga pendaki Korea di lokasi tersebut.

Dua Sherpa yang dikirim untuk menyelamatkan pendaki Korea menemukan seorang pendaki di Bottleneck - dia masih hidup. Pemba menghubungi mereka dengan instruksi untuk membawa pendaki tersebut turun. Mereka menolak dan mengatakan bahwa Kim meminta kepada mereka untuk terus evakuasi pendaki Korea. Mereka tidak setuju mendaki dengan Pemba, jadi dia pergi sendiri. Pendaki yang dia temukan adalah Marco Confortola.

Para Sherpa Korea telah mencapai lokasi tiga pendaki Korea. Mereka mengirim radio ke Pemba bahwa seorang pendaki lain juga ada di sana, tetapi dia telah terkena es dan jatuh dari gunung. Pemba meminta warna setelan bawah yang dikenakan pendaki tersebut. Itu merah dan hitam, Pemba sekarang menyadari bahwa ini adalah pasangan pendakiannya, Ger McDonnell.

Pada saat Pemba sedang merawat Marco Confortola, terjadi hujan es yang menyapu tubuh tiga orang Korea yang tergantung dan juga Sherpa yang dikirim untuk menyelamatkan. Kelima pendaki tersebut tewas, meskipun ada beberapa ketidakpastian mengenai apakah salah seorang team Korea yang tergantung sudah mati sebelum penyelamatan dan telah meninggal sebelumnya.

Dua Sherpa yang tewas adalah saudara sepupu, Pasang Bhote dan Jumik Bhote. Sebenarnya salah satu Sherpa ragu-ragu untuk menyelamatkan pendaki Korea, namun Sherpa satunya menyatakan bahwa team Korea telah mengontrak mereka, dan mereka harus melakukan apa yang diperintahkan.
Marco Confortola diselamatkan setelah 36 jam di Zona Kematian. Wilco van Rooijen ditemukan 18 jam kemudian oleh Cas dan Pemba. Wilco telah menghabiskan waktu 60 jam di Zona Kematian.

Ketika berbicara kepada pers, Confortola menceritakan tentang kisahnya saat mencoba menyelamatkan pendaki lain. Dia menyatakan tentang "kurangnya pengalaman dan peralatan yang buruk".
Pemba Gyalje Sherpa
Wilco van Rooijen menjadi satu-satunya pendaki yang pernah menghabiskan dua malam tanpa berlindung di K2. Wilco van Rooijen dan Marco kehilangan semua jari kaki mereka hingga radang dingin.

Pemba menghabiskan 90 jam di Zona Kematian, 70 dari jam-jam itu dihabiskan untuk mengkoordinasi penyelamatan pendaki yang hilang. Selang enam bulan kemudian, National Geographic memberi mendali kehormatan padanya.

Bencana K2 2008 berlanjut menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah pendakian gunung. itu adalah bencana gunung yang paling kontroversial, dengan banyak versi. Kematian Karim Meherban juga tidak diketahui, karena tidak ada yang memiliki versi yang sama tentang kapan dan di mana pendaki ini terakhir terlihat. Dan juga tidak pernah dikonfirmasi apa yang terjadi pada tim Korea dan mengapa mereka ditemukan tergantung.

Jasad para pendaki yang gugur tidak akan pernah ditemukan, tetapi ingatan tentang mereka akan terus hidup. Ger hidup sebagai “Penjaga Gunung”, dan menjadi orang Irlandia pertama yang berhasil mencapai puncak K2.

Pemba tercatat pernah mengatakan, "Jika semua orang kembali setelah Dren Mandic, pendaki Serbia jatuh, saya pikir hanya akan ada satu kematian, bukan sebelas"

Banyak pendaki memiliki cerita yang berbeda tentang apa yang terjadi, tetapi entah bagaimana, kisah Marco menjadi kisah resmi, hingga klaim ini diperdebatkan.

Marco mengadakan konferensi pers di Bandara Milan ketika tiba di Italia di mana dia mengatakan, "Itu adalah sesuatu yang berasal dari dalam hati. Dan saya harus membayar konsekuensinya"
Dia kemudian mengubah ceritanya beberapa kali dalam peran penyelamatannya dan bagaimana dia terakhir melihat Ger McDonnell berjalan menjauh dari team Korea. Di akun lain, dia mengatakan Ger bingung dan hipoksia.

Pacar Ger, Annie Starkey, menyatakan bahwa kisah Marco terus berubah karena tidak ada seorang pun di sana yang membantah klaimnya. Mereka semua orang telah tewas, dan dia bisa mengatakan apa yang diinginkannya.

Beberapa hari kemudian, Pemba bergabung dengan keluarga Cas dan Ger untuk memberikan ceritanya tentang peristiwa itu. Kamera yang diberikan Ger kepadanya setelah pertemuan mereka memberinya bukti klaimnya.

Dia memberi tahu mereka bahwa Ger tetap tinggal untuk membantu team Korea. Tepat sebelum hujan es menyapu team Korea dan kedua Sherpa. Pemba memiliki bukti bahwa Ger tetap tinggal untuk membantu Korea, bukan Marco.

Berikut daftar pendaki tewas K2 - 2008
Dren Mandic, pendaki Serbia yang tewas setelah jatuh saat pendakian. 
Jehan Baig, Pakistan, tewas di bawah Bottleneck
saat mencoba membantu Dren Mandic.
Cecilie Skog dan Rolf Bae

Rolf Bae, pendaki Norwegia, tewas di Bottleneck setelah Icefall.
Hugues D'Aubarede, Prancis, terjatuh saat turun malam di atas Bottleneck.
Karim Meherban, Pakistan, tidak jelas bagaimana atau di mana tewasnya.
Ger McDonnell, Irlandia, meninggal di atas Bottleneck saat membantu team Korea.
Hyo-Geong Kim (Hyo-gyung), Kyeong-Hyo Park, Dong-Jin Hwang, pendaki Korea
yang terjebak oleh hujan es di malam hari dan dibiarkan menggantung.
Jumik Bhote, Pasang Bhote, pendaki Nepal yang meninggal di atas Bottleneck
Sumber :
Ryan, N. (Direktur). (2013). The Summit [File video]. Irlandia, Inggris, Amerika Serikat: Image Now Films. Retrieved Spring, 2015, dari http://www.thesummitfilm.com/

Wilkinson, F. (2008, 9 Agustus). K2: Apa Media Utama Itu Bukan Pelaporan. 12 Februari 2018, dari https://www.huffingtonpost.com/freddie-wilkinson/k2-what-the-mainstream-me_b_117931.html

Wilkinson, F. (2008, 9 Agustus). K2: Apa Media Utama Itu Bukan Pelaporan. 12 Februari 2018, dari https://www.huffingtonpost.com/freddie-wilkinson/k2-what-the-mainstream-me_b_117931.html

Kodas, M. (2017, 23 Mei). Beberapa Gerakan Palsu. 12 Februari 2018, dari https://www.outsideonline.com/1848126/few-false-moves

Online, S. (2008, 04 Agustus). 'Just Pure Stupidity': Sebelas Climbers Mati dalam Bencana K2 - SPIEGEL ONLINE - Internasional. Diakses 12 Februari 2018, dari http://www.spiegel.de/international/world/just-pure-stupidity-eleven-climbers-die-in-k2-disaster-a-569997.html

Multiple, C. (2018, 11 Februari). Bencana K2 2008. Diakses 12 Februari 2018, dari https://en.wikipedia.org/wiki/2008_K2_disaster

0 Comments:

Posting Komentar