Apa yang terjadi pada Alison Hargreaves di K2?

Kisah pendaki Inggris Tom Ballard, yang hilang dan diduga tewas di Nanga Parbat (Pakistan), adalah kisah yang sangat mengharukan.

Dua puluh empat tahun yang lalu ibunya Alison Hargreaves juga kehilangan nyawanya di K2 yang terkenal mematikan itu.
Tom Ballard
Kisahnya menjadi berita utama karena alasan yang salah. Media hanya fokus pada fakta bahwa dia adalah seorang ibu egois yang mengejar mimpinya untuk mendaki gunung daripada menjaga keluarganya - ini adalah sebuah kritik yang jarang ditujukan pada para pendaki pria.
K2 Base Camp
Kisah Alison Hargreaves di K2 memiliki banyak cerita. Dia tewas bersama lima pendaki pria, yang semuanya memutuskan untuk terus mendaki ketika yang lain berbalik. Mengapa mereka melanjutkan? Ada banyak alasan mengapa orang mengambil risiko ekstrem seperti itu. 
Jawabannya tidak pernah sederhana, terutama bagi mereka yang awam akan jiwa pendaki.

Latar belakang pendakiannya mungkin memberikan beberapa petunjuk. Dia dan suaminya, Jim Ballard, berhutang banyak. Jim terpaksa menutup toko pendakian yang dimilikinya di Derbyshire, yang telah membantu membiayai ekspedisi Alison sebelumnya. Karena tidak mampu membayar hipoteknya, rumah mereka telah diambil alih oleh bank.

Alison memulai karier sebagai pendaki gunung profesional, dan sekarang dia menjadi pencari nafkah keluarga tunggal. Untuk memperkuat reputasinya sebagai pendaki wanita papan atas Inggris, ia memulai upaya untuk mendaki tiga gunung tertinggi di dunia - Everest, K2 dan Kangchenjunga - dalam satu tahun. Itu adalah prestasi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Pada Mei 1995, dia mendaki Everest solo dan tidak didukung . Pendakian ini sering dibandingkan dengan pendakian solo Reinhold Messner dari Everest pada 1980, tetapi kedua pendakian itu tidak persis sama. 
Ketika Messner menaiki North Ridge, menyimpang ke North Face di bawah Step Two . Saat itu adalah musim hujan dan Messner adalah satu-satunya pendaki. Bukan hanya rutenya yang unik, tapi itu juga pertama kalinya pendaki naik Everest selama musim hujan.

Sebaliknya, Alison menaiki rute sisi utara standar ke North Ridge. Dia didukung oleh tim komersial hingga Advance Base Camp (ABC) pada 6.400m. Dia tidak pernah sendirian di gunung - pendaki lain berada di rute yang sama ketika dia berada - tetapi di atas ABC dia memiliki aturan ketat sendiri yang dia patuhi. 
Dia membawa semua peralatannya sendiri, menggali dan mendirikan kemahnya sendiri, dan tidak menggunakan oksigen tambahan. Dia menolak untuk memotong tali pengaman yang digunakan orang lain, dan juga menolak secangkir teh yang ditawarkan oleh pendaki yang tendanya dia lewati. Itu adalah prestasi yang mengesankan, pendakian solo bagi semua orang kecuali para kritikus dengan dukungan Sherpa.
Ada pendaki lain di North Ridge of Everest ketika Alison Hargreaves 
melakukan pendakian solonya pada tahun 1995.
Hampir sebulan kemudian dia berada di Pakistan untuk bagian kedua dari misinya , naik K2. Dia bergabung dengan tim Amerika, tetapi seperti di Everest, dia naik solo dan tidak didukung di atas Base Camp, tanpa menggunakan oksigen tambahan.

Ekspedisi dilanda cuaca buruk, tetapi ini normal pada K2. Salah satu rekan satu timnya, sesama warga Inggris Alan Hinkes, mencapai puncak dan kembali ke rumah sementara Alison masih mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati yang akhirnya membuatnya rugi.

Pada 6 Agustus, dia sudah mencapai Camp 3 dua kali dan Camp 4 sekali, naik sedikit lebih tinggi di atas 8.000 m. Sebagian besar timnya memutuskan untuk berkemas dan pulang. Tetapi Hargreaves dan pemimpin ekspedisi Rob Slater memutuskan untuk tinggal dan melakukan usaha lanjut . Meskipun sebagian besar Base Camp sudah sepi, namun ada beberapa pendaki dari tim lain juga tinggal untuk satu usaha terakhir.

Mereka berangkat berupaya menuju puncak pada 9 Agustus. Mereka berhasil mencapai Camp 3, dan menemukan tempat itu telah terkubur oleh longsoran salju.

Di sebagian besar pendakian, peristiwa semacam itu hanya dapat terjadi sebagai akibat dari keputusan yang buruk. Tetapi pada K2, tidak ada tempat aman untuk berkemah. Resiko longsoran ada di mana-mana, dan itu merupakan salah satu dari banyak alasan mengapa K2 begitu berbahaya.

Pada tanggal 12 Agustus, mereka merasa itu akan menjadi hari baik mencapai puncak. Akan tetapi kondisi mereka telah lelah akibat pendakian panjang pada hari sebelumnya. Semua dam termasuk Alison, memutuskan hari itu untuk beristirahat di kemah.  
Sebelas pendaki naik dari Camp 4 menuju puncak pada 13 Agustus. Alison mulai start jam 2 pagi. Tapi lima dari pendaki berbalik sebelum mencapai Couloir Bottleneck, lokasi berbahaya, di mana pendaki harus naik di bawah serac besar yang bisa runtuh setiap saat.

Di antara lima pendaki yang waspada ini adalah Peter Hillary, putra Sir Edmund Hillary. Peter menyimpulkan bahwa itu terlalu dingin dan dia tidak suka kondisi cuaca. Dia memutuskan untuk turun sejauh yang dia bisa.
Itu terbukti merupakan keputusan yang bijaksana. Suatu sistem udara lembab yang hangat datang ke lembah dari selatan, di mana ia akan bertabrakan dengan anticyclone kuat yang mendekat dari sisi gunung Cina bagian utara.

Saat itu jam 5 sore ketika badai mencapai Peter Hillary. Dia turun di bawah Blak Piramida, dan tiba-tiba dia mendapati dirinya berjuang untuk hidup.

Badai juga telah mencapai Broad Peak di dekatnya, yang lebih rendah 500 meter dari K2. Pendaki di Broad Peak sudah turun. Mereka terlihat ngeri saat melintasi lembah.
Keenam pendaki yang masih berada di K2 mulai mencapai puncak pada jam 6 sore. Alison tiba di sana pukul 06.17 PM. Cuaca masih baik, dan tidak memiliki firasat buruk akan datang. Akan tetapi saat turun, badai tiba. Dengan tidak adanya tali pengaman dan tempat berlindung, mereka tidak punya kesempatan.

Mereka terlempar jatuh ke selatan. Di antara mereka ada tiga orang Spanyol - Javier Escartin, Javier Olivar dan Lorenzo Ortiz - Selandia Baru, Bruce Grant, - Amerika, Rob Slater dan Alison Hargreaves. 
Dua hari kemudian pendaki ketujuh, Kanada - Jeff Lakes, meninggal karena kelelahan di Camp 2 setelah berusaha turun melalui badai.

Rekan tim dari tiga pendaki Spanyol menunggu mereka di Camp 4 sampai 14 Agustus, tetapi setelah memastikan rekan mereka tidak akan kembali, mereka akhirnya memutuskan untuk turun.

Di suatu tempat di lereng di bawah Camp 4, ribuan meter di bawah puncak K2, mereka menemukan sebuah sepatu bot yang mereka tahu milik Alison Hargreaves. Mereka memandang ke seberang dan melihat tubuh yang mengenakan pakaian hijau khasnya, terbaring 300 meter pada lokasi yang sulit diakses. 
Mereka kelelahan, dan tahu tidak dapat untuk evakuasi. Mereka terus turun, meninggalkannya tetap disana.
Alison Hargreaves
Alison Hargreaves berusia 33 tahun. Dia meninggalkan seorang putri yang berusia 4 tahun dan seorang putra berusia 6 tahun. 
Seandainya dia tahu kalau 24 tahun kemudian putranya akan terbaring kurang dari seratus mil jauhnya di Karakoram, maka itu mungkin juga akan sangat menghancurkan hatinya.

Diolah dari berbagai sumber

0 Comments:

Posting Komentar