Persiapan umum untuk suatu kegiatan alam bebas meliputi dari kesiapan mental, fisik, budaya, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
Kesiapan mental
Mental amat berpengaruh besar terhadap semangat dan daya juang individu atau team dalam menyelesaikan misi atau tujuan yang hendak di capai.
Kesiapan fisik
Beberapa latihan fisik yang misalnya :
Stretching (sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga), Jogging (lari pelan-pelan, lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan, tetapi jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu ke waktu. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up. Lakukan sesuai kemampuan dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
Kesiapan administrasi
Mempersiapkan seluruh prosedur perijinan sesuai SOP yang berlaku untuk dapat memasuki wilayah tujuan kegiatan yang telah di rencanakan.
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan
Pengetahuan untuk dapat bertahan hidup di alam bebas merupakan kemampuan syarat dasar wajib bagi penggiat alam bebas. Meliputi pengetahuan tentang (IMPK) Ilmu Medan Peta Kompas, Survival serta EMC [Emergency Medical Care] praktis.
Perencanan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data, dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel, atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek daerah yang akan di jelajahi.
Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan didaki.
Rencana Operasi Perjalanan (ROP)
Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki didaerah tersebut.
Buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian kerja, tentukan kapan waktu makan, istirahat, dan sebagainya.
Dalam sebuah perencanaan, perhatikan :Packing perlengkapan kedalam carrier.
- Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
- Mempelajari medan yang akan ditempuh.
- Teliti rencana pendakian dan rute yang ditempuh secermat mungkin.
- Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
- Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
- Perlengkapan dasar perjalanan
- Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
- Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
- Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
- Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
- Ransel / carrier.
- Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
- Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
- Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
- Jam tangan.
Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya. Masukkan dalam kantong plastik atau dry bag. Letakkan barang barang yang ringan dan jarang dipakai, misalnya : perlengkapan tidur letakkan pada yang paling dalam. Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil. Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung. Dan jangan lupa buat checklist barang barang tersebut.
Jenis Gunung dan Grade Pendakian Indonesia :
Pada garis besar gunung di tanah air terbagi menjadi dua, yaitu gunung strato vulconologi dan non volcanologi.
Berdasar bentuknya dibagi menjadi :Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya membutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang.
- Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) - seperti perisai
- Gunung berapi strato
- Gunung berapi maar - Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Menurut Club “Mountaineers”, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.
Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai (class)
Pendakian class 4 masuk dalam katagori scrambling (Mendaki dengan cara mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan dengan medan yang miring sampai 45 derajat), dan class 5 – 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai climbing (panjat).
- class 1 : lintas alam tanpa bantuan tangan
- class 2 : dibutuhkan bantuan tangan
- class 3 : pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
- class 4 : pendakian memerlukan tali pengaman
- class 5 : dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
- class 6 : mendaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas paku tebing, memanjat sling atau stirupss
Dimana class 5 merupakan free-climbing (Pemanjatan dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, disini alat hanya sebagai pengaman saja).
Class 6 adalah artificial climbing (Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan dipegang ).
Apa bila dilakukan di gunung batu / cadas disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and ice climbing . Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi tersendiri.
Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian (grade)
Berdasarkan tingkat kemanan pemanjat dari kemampuan alat
- grade I : dapat ditempuh dalam beberapa jam
- grade II : dapat ditempuh dalam setengah hari
- grade III : dapat ditempuh dalam sehari penuh
- grade IV : dapat ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
- grade V : dapat ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
- grade VI : dapat ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan
Berdasarkan tingkat kesulitan medan
- A1 : aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendaki.
- A2 : aman, jikapun terjadi maslah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal.
- A3 : penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan teliti dan fall-faktor yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa berakibat fatal.
- A4 : pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki.
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal System (YDS). Peng-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya.
Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing (Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek)
Logistik Pendakian
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi. Selama pendakian seseorang membutuhkan sekitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, dan untuk kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi.
Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam, alasannya beras realtif berat dan memerluakan waktu lama untuk memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras sendiri dapat digantikan dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
ram zat gizi karbohidrat menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan protein 4 kalori. Agar zat–zat gizi tersebut dapat digunakan didalam tubuh dengan sempurna, harus diatur komposisinya sbb :Misal :
- Protein : 12%-15%
- Lemak : 20%-25%
- Karbohidrat 60%-70%
Kebutuhan energi adalah 3.500 kalori maka susunan/komposisi gizi-nya adalah sebagai berikut :
Penjelasan :Hal yang perlu diperhatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
- Kalori dari protein = 15% x 3.500 kalori = 525 kalori
- Protein 1 gram = 4 kalori
- Jumlah protein = 525 : 4 = 131.3 gram
- Kalori dari lemak = 25% x 3.500 kalori = 875 kalori
- Lemak 1 gram = 9 kalori
- Jumlah lemak = 875 : 9 = 97.2 gram
- Kalori dari karbohidrat = 60% x 3.500 kalori = 2100 kalori
- Karbohidrat 1 gram = 4 kalori
- Jumlah karbohidrat = 2100 : 4 = 525 gram
Nutrisi yang buruk atau pas-pasan dapat mengurangi daya tahan (endurance), membuat otot sulit recovery dan membatasi kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-selnya setelah satu hari penuh kerja keras melakukan aktivitas alam bebas.
Ujung-ujungnya akan mempengaruhi moral dan skill dari pendaki itu sendiri. Karenanya penting sekali kita sadar akan perlunya karbohidrat, protein dan lemak serta komponen nutrisi lainnya supaya tubuh tetap fit selama pendakian.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terkadang dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat, dan atau menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah membawa kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang kotor dan basah, tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah pendakian.
Sampah jangan dibuang begitu saja di alam. Selain mengotori alam, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian survivor terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.
0 Comments:
Posting Komentar