Belajar Mengenal Macam Proyeksi Dan Jenis Peta

Bumi itu bulat, berbentuk tiga dimensi. Tetapi dapat digunakan pada media dua dimensi, misalnya kertas, layar komputer, televisi, layar ponsel, papan tulis, dan sebagainya.

Untuk menggambarkan permukaan Bumi pada bidang dua dimensi, maka perlu untuk merubah permukaan bentuk Bumi yang melengkung menjadi rata dengan cara memakai satu dari beberapa proyeksi peta.


Proyeksi peta merupakan upaya memindahkan garis-garis paralel dan meridian dari bidang lengkung (globe) ke bidang datar. Di dalam upaya itu tidak mungkin dilakukan tanpa adanya kesalahan. Oleh karena itu, diperlukan cara agar dalam memindahkan bidang lengkung ke bidang datar itu dilakukan dengan cara meminimalkan kesalahan yang terjadi.

Semua peta Bumi memiliki distorsi hanya karena peta adalah penggambaran dua dimensi dari bentuk tiga dimensi. Tetapi bukan berarti tak ada penggambaran Bumi yang tak memiliki distorsi. Globe adalah representasi bentuk Bumi sesungguhnya yang tak memiliki distorsi.

Seluruh jenis proyeksi menghasilkan distorsi pada hasilnya. Distorsi peta hanyalah konsekuensi dari proses mengubah bentuk tiga dimensi menjadi dua dimensi. Tak mungkin membuat peta yang tak memiliki distorsi. Sama halnya tak mungkin untuk membuat sebuah bola menjadi rata tanpa mengguntingnya.

Beberapa distorsi peta itu wajar dan dapat diterima, tetapi ada juga yang tidak. Ada banyak jenis proyeksi peta. Masing-masing dibuat untuk mempertahankan sifat tertentu dari bentuk bulat Bumi dengan mengorbankan sifat yang lain. Sebuah proyeksi bisa saja cocok untuk satu keperluan, tetapi tidak cocok untuk keperluan lain.

Jenis Proyeksi
Jenis proyeksi peta secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan bidang proyeksi dan berdasarkan kedudukan (posisi) bidang proyeksi.

Bidang Proyeksi
Proyeksi peta berdasarkan bidangnya dibjedakan menjadi tiga, yaitu bidang datar, kerucut, dan silinder.
  • Proyeksi bidang datar disebut juga proyeksi azimutal atau zenital. Proyeksi itu menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksi.
  • Proyeksi bidang kerucut, yaitu proyeksi yang menggunakan bidang kerucut sebagai bidang proyeksi.
  • Proyeksi bidang silinder, yaitu proyeksi yang menggunakan bidang silinder sebagai bidang proyeksi.
Kedudukan Bidang Proyeksi
Proyeksi peta berdasarkan kedudukan bidangnya dibedakan menjadi tiga, yaitu proyeksi normal, miring, dan transversal.
  • Proyeksi normal, yaitu proyeksi peta yang garis sumbu bidang proyeksinya berimpit dengan sumbu bumi.
  • Proyeksi miring, yaitu proyeksi peta yang garis sumbu bidang proyeksinya memotong (di antara) sumbu bola bumi dan garis ekuator.
  • Proyeksi transversal, yaitu proyeksi peta yang garis sumbu bidang proyeksinya berimpit dengan garis ekuator.
Macam Proyeksi Peta
Kesalahan dalam melakukan proyeksi peta dapat diperkecil dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana berikut.
Maksud pemetaan
Apabila akan menggambarkan peta yang sederhana lebih baik menggunakan proyeksi dengan paralel dan meridian yang lurus.

Besar atau luas wilayah
Apabila daerah yang akan diproyeksikan yang sempit, banyak sistem proyeksi yang dapat digunakan karena tidak akan banyak kesalahan. Adapun untuk daerah yang luas (peta dunia) biasanya menggunakan proyeksi yang konvensional.

Bentuk wilayah
Apabila akan memproyeksikan daerah yang membujur dengan arah barat timur, dapat menggunakan proyeksi silinder atau proyeksi kerucut. Adapun untuk daerah yang membujur dengan arah utara selatan dapat menggunakan proyeksi sinussoidal.

Letak wilayah
Apabila akan memproyeksikan daerah ekuator menggunakan proyeksi silinder, daerah lintang tengah menggunakan proyeksi kerucut, dan daerah kutub menggunakan proyeksi azimutal. Proyeksi azimutal banyak digunakan karena dapat dibuat berpusat pada setiap tempat di permukaan bumi.

Kemudahan dalam menggambar
Misalnya untuk menggambarkan daerah lintang tengah dapat menggunakan proyeksi kerucut maupun proyeksi azimutal, tetapi lebih mudah menggunakan proyeksi kerucut.

Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi. Ukuran bumi dalam angka :
  • Ellipticity: 0.003 352 9
  • Mean radius: 6,372.797 km
  • Equatorial radius: 6,378.137 km
  • Polar radius: 6,356.752 km
  • Aspect Ratio: 0.996 647 1 radius equatornya lebih panjang dari pada radius kutub
Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan bumi yang diubah harus tetap.

Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator).

WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60m di atas dan 100m di bawah-nya.

Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI.

Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda.

Menggunakan ER yang sama - WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi.

Proyeksi UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi persyaratan ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain :
  • Menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1
  • Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri
  • Setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996
  • Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS
Proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid.

Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).

0 Comments:

Posting Komentar