Mahal Serta Sulitnya Birokasi Puncak Jaya "Carstensz Pyramid"

Carstensz Pyramid, atau juga dikenal sebagai Puncak Jaya adalah salah satu dari 'Seven Summits' yang terletak di pulau Papua, Indonesia. Carstensz merupakan satu-satunya dari Tujuh Puncak Benua yang harus dicapai dengan climbing.

Tidak terlalu banyak pendaki yang mendaki Carstensz, karena sejarah ketidakstabilan politik di daerah tersebut, sulitnya perijinan, serta lokasinya yang juga berada sangat jauh di tengah hutan.

Kondisi medan juga sangat beragam dan menantang. Jika tidak mendapat akses melalui rute PT.Freeport Indonesia, maka bersiaplah untuk melakukan perjalanan di tengah belantara Jayawijaya sebelum mencapai base camp induk.

Sebenarnya Carstensz dapat di daki sepanjang tahun dan merupakan salah satu ekspedisi paling sulit dari Tujuh Puncak Benua, meskipun secara altitude paling rendah di antara Seven Summits lainnya.
Carstensz Pyramid 4.884 m.dpl (photo : adventureconsultants)
Administrasi Perijinan
Diperlukan izin khusus dari kementerian, TNI, Polisi, dan sebagainya. Dimana izin sendiri sangat sulit didapat. Membutuhkan birokasi waktu berbulan atau bahkan tahunan. Jalan terbaik adalah bekerja sama biro perjalanan resmi.

Sempat seluruh area ditutup tanpa peringatan dan semua izin akan batal jika terjadi sesuatu. Gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM), terkadang melakukan penyerangan terhadap Warga Negara Indonesia atau WNA untuk menarik perhatian Internasional.

Bila terjadi gangguan keamanan di wilayah tersebut, maka ini menjadi alasan yang cukup bagi Tentara Indonesia untuk menyegel daerah itu dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Satu-satunya akses untuk mendaki Carstensz adalah dengan helikopter. Tetapi ini juga membutuhkan izin khusus.

Akses Puncak Jaya (Carstensz Pyramid)
Pendakian normal membutuhkan enam hari perjalanan, atau sekitar melalui hutan, baik jalur Ilaga atau jalur Sugapa yang hanya membutuhkan estimasi waktu sekitar dua minggu pulang pergi, dan hanya dapat di capai dengan pesawat ringan dari kota Nabire.

Sedang jalur milik PT Freeport Indonesia, aksesnya sangat sulit. Sejumlah birokasi pengurusan perijinan harus dilalui tanpa kepastian. Hanya mereka yang beruntung saja dapat melalui jalur ini.

Peta Menuju Papua
Kebanyakan pendaki memilih untuk terbang melalui Jakarta atau Denpasar, Bali. Rute penerbangan ke Timika atau Nabire di Papua Barat umumnya adalah dengan Lion Air atau Batik Air, dan biasanya transit di beberapa bandara lain. Dibutuhkan perjalanan penerbangan hampir sehari penuh untuk sampai ke Papua dari Jakarta.
Dari Jakarta atau Denpasar, Bali untuk kedatangan internasional dan lanjutke bandara Nabire
Dari Nabire - atau Timika -menuju bandara Sugapa yang merupakan titik awal perjalanan enam hari (70 km). Titik awal helikopter dari Timika

Helikopter
Start point heli dari kota Enarotali atau kota Timika. Kemudian turun di Yellow Valley. Dari Yellow Valley baru mulai pendakian berjalan kaki. Ada juga beberapa kota kecil di dekat Base Camp Yellow Valley yang menerima start pendakian dengan heli yakni Ilaga, Bilogai, Beoga, Tsinga and Pinapa.

Trekking
Turun di Timika atau Nabire, Papua menuju Desa Sugapa atau Ilaga 2.300 m.dpl. Untuk menuju desa tersebut harus menggunakan pesawat perintis. Kemudian perjalanan awal harus menyewa porter perhari dengan biaya yang ditentukan.
  • Danau Biru 3.900 m.dpl
  • Lembah Danau-Danau (4200 mdpl)
  • Yellow Valley 4.300 m.dpl
  • Summit Climb 4.884 m.dpl
Start poin melalui Ilaga atau Sugapa di Kabupaten Puncak Jaya. Trekking melewati berbagai variasi medan, mulai hutan, sungai, savanah. Selanjutnya akan melewati Danau Larson, kemudian menuju Danau Biru.

Setelah dari Danau Biru, adalah menuju Base Camp induk di Danau-Danau (Danau Valley). Umumnya disini melakukan aklimatisasti atau penyesuaian suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Proses aklimatisasti bisa sampai 1-2 hari tetap stay di camp.
Jalur pemanjatan
Selanjutnya menuju ke Danau Kuning (Yellow Valley) kemudian lanjut summit climb. Teknik yang digunakan adalah Climbing Technique. Harus mempersiapkan peralatan climbing dan pendakian es seperti paku es (crampon) yang dipasang di sepatu gunung, kampak es (ice axe), tongkat es (Sky pol), karmantel, carabiner, harness dan sebagainya.

Perjalanan akan melewati tebing es setinggi 40 meter. Kemudian padang es gletser , lalu dilanjutkan berjalan menggunakan teknik moving together atau berjalan beriringan.

Setelah itu harus menyeberangi jurang setinggi 100 meter dengan cara menggantungkan diri dan merambat menggunakan tali di udara. Setelah itu barulah akan sampai di Puncak Carstensz Pyramid.

Diolah dari berbagai sumber.

Gunung Agung 3.142 (Bali Island) - Dan Sekilas Peraturannya

Sebutan Pulau Dewata bagi Bali memang pantas. Pulau seluas 5.636,8 km2 dengan 8 kabupaten ini namanya sangat familiar dengan dunia pariwisata. Masyarakatnya memeluk agama Hindu dan masih sangat memegang teguh tradisi budaya mereka.

Gunung Agung 3.142 meter. yang terletak di wilayah kabupaten Karangasem merupakan titik tertinggi di Bali. Terdapat dua akses pendakian yaitu, jalur Pura Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten dan Pura Pasar Agung, Desa Selat, Kecamatan Setiabudi.

Umumnya untuk mencapai summit, pendaki memilih naik melalui Pura Besakih. Jalur ini akan melewati Pura Pesimpangan, Tirta Giri Kusuma dan Kori Agung. Dimana tempat tersebut sangat di sakralkan oleh umat Hindu Bali.
Informasi peta jalur pendakian Gunung Agung rute Pura Besakih
Kori Agung merupakan gerbang menuju puncak. Setelah itu akan menemui puncak satu 2.800 m.dpl, puncak dua 3.140 m.dpl dan summit 3.142 m.dpl.

Bila melalui jalur Pura Pasar Agung, hanya sampai ketinggian 2.800 m.dpl. Untuk mencapai puncak utama agak sulit, harus menyeberang melalui dinding terjal. Namun bagi yang sudah terbiasa, hal tersebut tidak menjadi masalah.

Titik awal pendakian via jalur Pura Besakih sekitar 1.250 m.dpl. Sementara untuk jalur Pura Pasar Agung berada di ketinggian 1.750 m.dpl. Trek Besakih bebatuannya pendek, tetapi jalur pendakian panjang. Untuk trek Pura Pasar Agung sendiri adalah kebalikannya. Bebatuannya panjang, sedang jalur pendakiannya pendek.

Terdapat 5 peraturan sebelum trekking ke Gunung Agung :

Pertama : Dilarang Mendaki Saat Dalam Masa Berkabung
Dilarang mendaki jika masih dalam masa berkabung karena ada kerabat, saudara atau anggota keluarganya yang baru saja meninggal. Ada ketetapan yang berlaku dalam masa berkabung seseorang, yaitu jika yang meninggal adalah anaknya dan terjadi secara wajar maka seseorang baru boleh melakukan pendakian selang 21 hari sejak pemakaman anaknya. Namun jika anaknya meninggal secara tidak wajar maka seseorang diharuskan untuk menunggu lebih lama yaitu setelah 42 hari setelah pemakaman anaknya. Lain halnya jika yang meninggal adalah orang tua atau sanak saudaranya, dikenakan masa berkabung selama 11 hari saja.

Kedua : Dilarang Mendaki Saat Menstruasi
Hampir setiap lokasi tempat yang dikeramatkan atau disakralkan di Bali pasti dilarang dimasuki oleh wanita yang sedang mengalami menstruasi atau haid termasuk dengan kawasan gunung Agung. Alasannya adalah karena selain sedang lagi dalam keadaan kotor, wanita haid juga cenderung lebih sulit untuk mengontrol emosi, serta kondisi ketahanan fisiknya juga sedang dalam keadaan menurun. Faktor kebersihan juga menjadi salah satu alasan mengapa wanita haid dilarang melakukan pendakian, karena dilokasi tidak ada penunjang yang dapat digunakan untuk membersihkan diri saat lagi haid.

Ketiga : Dilarang Membawa Daging sapi
Aturan khusus lainnya dalam masalah bekal yang akan dibawanya dalam pendakian ke gunung Agung. Dilarang membawa makanan berbahan daging sapi, dan juga dianjurkan untuk selalu membawa makanan dengan jumlah yang genap.

Ke-empat : Dilarang Mengambil Air
Sembarangan
Meskipun di sepanjang jalur pendakiannya terdapat banyak mata air, ternyata tidak boleh mengambil secara sembarangan. Salah satu alasannya adalah karena mata air yang ada di gunung Agung adalah merupakan mata air suci. Ketentuan yang harus di taati adalah diwajibkan untuk melakukan ritual sembahyang terlebih dahulu untuk para pendaki yang beragama Hindu. Sedangkan untuk yang non Hindu, maka prosesi sembahyang bisa diwakilkan oleh para tour guide yang mendampingi saat pendakian berlangsung.

Kelima : Dilarang Memakai Pakaian Warna Merah Dan Hijau
Aturan untuk ditaati lainnya adalah mengenai aturan berbusana atau pakaian yang berwarna merah dan hijau. Meski belum diketahui secara pasti apa penyebab dari larangan memakai pakaian berwarna merah dan hijau, aturan tersebut jangan pernah di langgar jika ingin selamat dalam masa pendakian.
"Umumnya pendaki melewati jalur pendakian Pura Besakih yang bisa sampai puncak 3.142 meter di atas permukaan laut (mdpl)," kata Komang Kayun saat dihubungi KompasTravel, Senin (25/9/2017). Bila melewati jalur pendakian Pura Besakih, pendaki akan bertemu dengan Pura Pesimpangan, Tirta Giri Kusuma, dan Kori Agung. Adapun ketiga tempat itu disakralkan bagi umat Hindu Bali. "Kori Agung itu pintu menuju puncak. Setelah itu ada puncak 1 dengan ketinggian 2.800 mdpl, ada puncak dua 3.140 mdpl, puncak ketiga itu 3.142 mdpl. Dari puncak itulah daya tarik melihat pemandangan-pemandangan," tambahnya. Kemudian, jalur pendakian Pura Pasar Agung nantinya hanya sampai di pinggir kawah. Komang Kayun mengatakan jalur Pura Pasar Agung hanya sampai di ketinggian 2.800 mdpl. "Itu kalau mau sampai puncak ketiga, sangat sekali jalannya untuk menyeberang karena terjal. Kecuali pendaki yang sering mendaki mungkin bisa lewat," ujar Komang Kayun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
"Umumnya pendaki melewati jalur pendakian Pura Besakih yang bisa sampai puncak 3.142 meter di atas permukaan laut (mdpl)," kata Komang Kayun saat dihubungi KompasTravel, Senin (25/9/2017). Bila melewati jalur pendakian Pura Besakih, pendaki akan bertemu dengan Pura Pesimpangan, Tirta Giri Kusuma, dan Kori Agung. Adapun ketiga tempat itu disakralkan bagi umat Hindu Bali. "Kori Agung itu pintu menuju puncak. Setelah itu ada puncak 1 dengan ketinggian 2.800 mdpl, ada puncak dua 3.140 mdpl, puncak ketiga itu 3.142 mdpl. Dari puncak itulah daya tarik melihat pemandangan-pemandangan," tambahnya. Kemudian, jalur pendakian Pura Pasar Agung nantinya hanya sampai di pinggir kawah. Komang Kayun mengatakan jalur Pura Pasar Agung hanya sampai di ketinggian 2.800 mdpl. "Itu kalau mau sampai puncak ketiga, sangat sekali jalannya untuk menyeberang karena terjal. Kecuali pendaki yang sering mendaki mungkin bisa lewat," ujar Komang Kayun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Pr
"Umumnya pendaki melewati jalur pendakian Pura Besakih yang bisa sampai puncak 3.142 meter di atas permukaan laut (mdpl)," kata Komang Kayun saat dihubungi KompasTravel, Senin (25/9/2017). Bila melewati jalur pendakian Pura Besakih, pendaki akan bertemu dengan Pura Pesimpangan, Tirta Giri Kusuma, dan Kori Agung. Adapun ketiga tempat itu disakralkan bagi umat Hindu Bali. "Kori Agung itu pintu menuju puncak. Setelah itu ada puncak 1 dengan ketinggian 2.800 mdpl, ada puncak dua 3.140 mdpl, puncak ketiga itu 3.142 mdpl. Dari puncak itulah daya tarik melihat pemandangan-pemandangan," tambahnya. Kemudian, jalur pendakian Pura Pasar Agung nantinya hanya sampai di pinggir kawah. Komang Kayun mengatakan jalur Pura Pasar Agung hanya sampai di ketinggian 2.800 mdpl. "Itu kalau mau sampai puncak ketiga, sangat sekali jalannya untuk menyeberang karena terjal. Kecuali pendaki yang sering mendaki mungkin bisa lewat," ujar Komang Kayun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Umumnya
"Umumnya pendaki melewati jalur pendakian Pura Besakih yang bisa sampai puncak 3.142 meter di atas permukaan laut (mdpl)," kata Komang Kayun saat dihubungi KompasTravel, Senin (25/9/2017). Bila melewati jalur pendakian Pura Besakih, pendaki akan bertemu dengan Pura Pesimpangan, Tirta Giri Kusuma, dan Kori Agung. Adapun ketiga tempat itu disakralkan bagi umat Hindu Bali. "Kori Agung itu pintu menuju puncak. Setelah itu ada puncak 1 dengan ketinggian 2.800 mdpl, ada puncak dua 3.140 mdpl, puncak ketiga itu 3.142 mdpl. Dari puncak itulah daya tarik melihat pemandangan-pemandangan," tambahnya. Kemudian, jalur pendakian Pura Pasar Agung nantinya hanya sampai di pinggir kawah. Komang Kayun mengatakan jalur Pura Pasar Agung hanya sampai di ketinggian 2.800 mdpl. "Itu kalau mau sampai puncak ketiga, sangat sekali jalannya untuk menyeberang karena terjal. Kecuali pendaki yang sering mendaki mungkin bisa lewat," ujar Komang Kayun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Gunung Agung sendiri bertipe stratovolcano yang hingga saat ini masih berstatus aktif. Masyarakat Hindu Bali percaya, Agung adalah gunung tempat bersemayamnya dewa-dewa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Jalur Pura Besakih berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sementara jalur Pura Pasar Agung berada di Desa Selat, Kecamatan Sebudi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Jalur Pura Besakih berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sementara jalur Pura Pasar Agung berada di Desa Selat, Kecamatan Sebudi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Jalur Pura Besakih berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sementara jalur Pura Pasar Agung berada di Desa Selat, Kecamatan Sebudi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Jalur Pura Besakih berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sementara jalur Pura Pasar Agung berada di Desa Selat, Kecamatan Sebudi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
alur Pura Besakih berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sementara jalur Pura Pasar Agung berada di Desa Selat, Kecamatan Sebudi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
alur Pura Besakih berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, sementara jalur Pura Pasar Agung berada di Desa Selat, Kecamatan Sebudi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjojalur selatan melalui Pura Besakih dan jalur utara melalui 
Gunung Agung sendiri bertipe stratovolcano yang hingga saat ini masih berstatus aktif. Masyarakat Hindu Bali percaya, Agung adalah gunung tempat bersemayamnya dewa-dewa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Gunung Agung sendiri bertipe stratovolcano yang hingga saat ini masih berstatus aktif. Masyarakat Hindu Bali percaya, Agung adalah gunung tempat bersemayamnya dewa-dewa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Dua Jalur Pendakian Gunung Agung di Bali", https://travel.kompas.com/read/2017/09/26/175747627/mengenal-dua-jalur-pendakian-gunung-agung-di-bali.
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo

Sejarah Dahsyatnya Letusan Gunung Tambora Tahun 1815

Pada 10 April 1815, Gunung Tambora meletus dan tercatat sebagai letusan terbesar dalam sejarah. Pada Volcanic Explosivity Index (VEI), sistem klasifikasi yang mirip dengan skala yang digunakan untuk menilai gempa bumi, tingkat letusan Tambora mencapai a VEI-7.

Skala di mulai dari 1 hingga 8, dengan kisaran angka sekitar 10 kali lebih kuat daripada yang sebelumnya. Dan belum ada VEI-8 dalam 10.000 tahun terakhir. Letusan Tambora yang terjadi saat itu menewaskan sedikitnya 88.000 orang.

Letusan dahsyat - terdengar di Pulau Sumatra, lebih dari 1.230 mil atau hampir 1.930 km jauhnya. Memuntahkan sekitar 36 mil kubik (150 kilometer kubik) batu dan abu ke angkasa. Abu dari letusan itu di deteksi setidaknya sampai sejauh 808 mil 1.300 km ke arah barat laut, menurut pernyataan NASA.
Sejarah mencatat kalau erupsi Tambora pada tahun 1815 menjadi salah satu letusan gunung berapi terdahsyat. Begitu banyak abu ke atmosfer Bumi dan sehingga menghalangi sebagian dari sinar matahari, menyebabkan suhu global lebih rendah. Dampaknya hingga belahan bumi lain dan memicu "tahun tanpa musim panas" pada tahun 1816. Kejadian ini mengakibatkan gagal panen dan penyakit yang meluas, membuat lebih dari 100.000 kematian di seluruh dunia.

Seorang astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional menangkap gambar kaldera puncak Gunung Tambora ini pada Maret 2009. Kaldera besar - berdiameter 3,7 mil (6 km) dan kedalaman 3.609 kaki (1.100 meter) - terbentuk ketika letusan itu menghapus puncak Tambora yang diperkirakan setinggi 13,123-kaki (4.000 m) dan membuat kosong ruang magma bagian di bawahnya.
Gunung Tambora, salah satu letusan terbesar dalam sejarah yang tercatat pada 10 April 1815, seperti terlihat   dalam gambar yang diambil oleh seorang astronot (Gambar: © NASA)
Saat ini sebuah danau air tawar menempati bagian dari kawah puncak, seperti halnya lava kecil mengalir dan kubah dari abad ke 19 dan 20. Fumarol aktif, atau lubang uap, masih ditemukan di kaldera.

Pada tahun 2004, para ilmuwan menemukan sisa-sisa sebuah desa, dan dua orang dewasa terkubur di bawah hampir 10 kaki (3 m) abu di parit di sisa-sisa bekas Kerajaan Tambora di kubur oleh letusan 1815 yang melenyapkannya.

Ada kesamaan Tambora dengan letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 telah menyebabkan deskripsi situs Tambora sebagai "Pompeii dari Timur," menurut pernyataan NASA.

Apabila letusan terjadi pada tahun 2085, National Center for Atmospheric Research (NCAR) memprediksi dampaknya akan lebih dahsyat dari sebelumnya. Suhu akan turun drastis, siklus air terganggu, serta mengurangi jumlah curah hujan yang turun secara global.

Alasan perbedaan efek yang terjadi pada tahun 1815 dan 2085 terkait dengan lautan yang diperkirakan akan menjadi lebih bertingkat karena planet ini menghangat, dan oleh karena itu kurang mampu mengatasi dampak iklim yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi.

"Kami menemukan bahwa lautan mempunyai peran penting dalam mengatasi, dan memperpanjang pendinginan permukaan yang disebabkan oleh letusan 1815," kata John Fasullo, peneliti NCAR seperti dikutip dari Phys, (31/10/2017).

Saat meletus, Gunung Tambora memuntahkan sejumlah besar sulfur dioksida ke atmosfer yang kemudian berubah menjadi partikel sulfat yang disebut aerosol. Dimana aerosol mulai menghalangi sebagian panas matahari, terjadi proses pendinginan.

Di saat yang sama, lautan berfungsi sebagai penyeimbang penting untuk mengurai efek letusan. Seiring permukaan lautan mendingin, air yang lebih dingin turun dan bercampur dengan air yang lebih hangat dan melepaskan lebih banyak panas ke atmosfer.
Namun, hal berbeda terjadi jika Tambora meletus pada tahun 2085. Peneliti berkata jika kemampuan laut untuk membantu mengatur proses pendinginan akan berkurang. Ini karena suhu laut semakin bertingkat, suhu di laut bagian atas tidak menembus ke kedalaman seefisien pada tahun 1815.

Dengan kata lain, air dingin akan terperangkap di permukaan laut daripada bersirkulasi ke tingkat yang lebih dalam. Akibatnya, pendinginan terjadi 40 persen lebih lama dan lebih parah dibandingkan tahun 1815. Bahkan, bisa berlangsung hingga beberapa tahun.

Suhu permukaan laut yang dingin akibat erupsi juga mencegah penguapan. Ini berarti, selain penurunan suhu yang drastis, manusia juga bisa menghadapi kekeringan parah di tahun-tahun setelah letusan gunung berapi besar karena hujan tidak turun.

Temuan mengenai dampak letusan Tambora dilakukan dengan menggunakan dua simulasi dari Community Earth System Model. Simulasi pertama mensimulasikan iklim Bumi dari tahun 850 hingga 2005, termasuk erupsi vulkanik yang terjadi dalam sejarah.

Kedua, mensimulasikan iklim Bumi yang menghasilkan hipotesis meletuskan Gunung Tambora pada tahun 2085. "Penelitian ini memberikan persepektif bagaimana di masa depan iklim bisa berpengaruh pada letusan gunung berapi", kata Otto-Bliesner, peneliti lain yang terlibat dalam studi ini.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

Kawasan Gunung Tambora kini telah resmi menjadi Taman Nasional yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 11 April 2015.

Potensi wisata alam Gunung Tambora menyuguhkan keindahan panorama dari hutan daratan rendah hingga hutan pegunungan. Berbagai flora dan fauna dapat ditemui yang akan menambah pengalaman dan merupakan sensasi tersendiri bagi wisatawan.

Terdapat 4 gerbang pintu masuk kawasan Gunung Tambora, yaitu jalur Piong (Kiore), jalur Kawindato’i, jalur Dorocanga, dan jalur Pancasila.

Sejarah Carstensz Pyramid Puncak Tertinggi Australia - Oseania

Sejarah ekspedisi Carstensz Pyramid penuh dengan tantangan. Salah satunya adalah medan hutan yang sulit di tembus, konfrontasi dengan suku setempat yang saat itu masih memiliki kecenderungan kanibalistik, tidak adanya peta dan informasi, bahaya Perang Dunia Kedua, sampai masalah terbaru dengan gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Meskipun demikian, saat ini dimungkinkan untuk sampai ke base camp dengan menggunakan helikopter. Dapat dikatakan bahwa hal tersebut bukan masalah lagi.
Carstensz Pyramid 4.884 M.dpl - foto: mountaintrip.com
Kehadiran tambang emas terbesar di dunia (Grasberg), keengganan Freeport Indonesia, dan birokrasi yang sulit, menjadikan Carstensz sebagai salah satu proses paling sulit dalam perijinan administrasi dari Seven Summits.

Bila memakai jasa helikopter akan sangat mahal, dan perjalanan dari bandara terdekat memakan waktu enam hari, dan juga diperlukan izin khusus. Carstenz sering di tutup untuk semua kegiatan ekspedisi dalam jangka waktu yang lama.

Terakhir kali terjadi antara tahun 1995 hingga Juli 2005. Jika tidak memiliki izin khusus yang diperlukan, helikopter juga tidak akan membantu. Pilot tidak diizinkan untuk membawa ke pesawat karena perusahaan mereka akan kehilangan izin terbang di Papua.

Ekspedisi Belanda tahun 1936
Usaha untuk mendaki puncak tertinggi di Papua, pernah dilakukan sebelum Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1936 Royal Dutch Geographical Society mensponsori sekelompok pendaki yang dipimpin oleh Colijn. Akan tetapi mereka salah, bukan mendaki Carstensz Pyramid, namun Ngga Pulu, yang dianggap tertinggi pada saat itu.
Sumantri (tengah), Ngga Pulu (kanan) dari puncak Carstensz - foto by Christian Stangl flickr
Gletser di kawasan tersebut telah menyusut secara substansial, dan akibatnya, Carstensz yang berbatu terlihat lebih tinggi. Pada dekade 1960-an, ekspedisi Carstensz Pyramid kembali dilakukan.

Heinrich Harrer - Pendaki pertama Carstensz - 1962
Pendaki gunung pertama yang berhasil mencapai puncak Carstensz adalah Heinrich Harrer (Austria). Tepatnya pada tanggal 13 Februari 1962. Pendaki lainnya yang terlibat pada tim ekspedisi adalah Russell Kippax dan Albert Huizenga.

Cerita Heinrich Harrer selama Perang Dunia Kedua, dan pertemuannya dengan Dalai Lama muda, dan hal ini digambarkan dalam film "Seven Years In Tibet".
Heinrich Harrer
Heinrich Harrer menulis buku terlaris tentang ekspedisinya "I come from the Stone Age". Di dalamnya dia memberikan deskripsi pendakian pertamanya di Carstensz Pyramid, dan dia juga menggambarkan semua puncak sekitarnya. Sebagian besar buku ini ditujukan untuk kunjungannya di Papua. Terlepas dari semua petualangan yang telah dia temui semasa hidupnya, Heinrich Harrer meninggal pada usia 93 tahun, pada tanggal 7 Januari 2006 di Austria.

Carstensz Vs Reinhold Messner
Dick Bass adalah orang yang menemukan proyek Seven Summits? mendaki tujuh puncak tertinggi dari tujuh benua (berarti secara geografis tidak secara geologis). Tujuh puncaknya adalah Everest - Asia, Aconcagua - Amerika, Denali / Mc Kinley - Alaska, Kilimanjaro - Afrika, Elbrus - Eropa, Vinson Massif - Antartika, Kosciusko - Australia.
Reinhold Messner
Namun ada beberapa keraguan tentang Australia. Puncak tertinggi Australia adalah Mt. Kosciusko, yang bisa dijangkau oleh wisatawan. Reinhold Messner, orang kedua yang menyelesaikan proyek Seven Summits (tidak lama setelah Dick Bass), memasukkan Carstensz Pyramid dalam proyek tersebut. Dia menganjurkan meninggalkan Kosciusko. Alasan yang dikemukakan oleh Messner, adalah bahwa Carstensz Pyramid adalah gunung tertinggi di Australia dan Oseania.

Hal ini membagi pendaki menjadi dua kubu, Kosciusko dan Messner. Terlepas dari mana dari dua gunung yang termasuk dalam 7 Puncak, Carstensz Pyramid menjadi puncak delapan ekspedisi Seven Summit. Bila tidak ke Catstenz, ekspedisi Seven Summit dianggap belum selesai. Ini adalah alasan mengapa sekarang Carstensz Pyramid menjadi tujuan.

Diolah dari berbagai sumber

Mengenal Segelintir Sherpa Nepal Berprestasi

Bila pendaki ternama dunia terkenal karena prestasi besar mereka, namun beberapa Sherpa juga terdapat yang terbaik. Mereka memiliki kemampuan alami untuk menghadapi tingkat oksigen di ketinggian dan kemampuan yang hampir tidak alami untuk mendaki secara relatif mudah dibandingkan dengan pendaki lainnya.

Berikut adalah 4 Sherpa terhebat di dunia.

Pemba Gyalje Sherpa
Pemba Gyalje Sherpa adalah salah satu Sherpa yang paling terkenal dalam 10 tahun terakhir, dengan 129 total kenaikan di berbagai gunung. Dia dianugerahi penunjukan Adventurer of the Year dan the Heroism Award, oleh National Geographic pada tahun 2009 atas aksinya selama Tragedi K2 2008.

Penghargaannya juga termasuk Penghargaan Nasional Everest, yang di anugerahkan oleh Pemerintah Nepal, dan Penghargaan Memorial Davis A. Sowles, yang diberikan oleh The American Alpine Club.
Pemba Gyalje Sherpa
Gyalje muncul dalam film dokumenter The Summit, bersama pendaki Swedia Fredrik Sträng dan pendaki Nordik Cecilie Skög, di mana ia menceritakan hari tragis 11 pendaki meninggal di K2 setelah longsoran memutuskan tali tetap.

Gyalje dipuji sebagai pahlawan karena membantu pendaki yang terluka dan mengoordinasikan penyelamatan keesokan paginya. Pada akhir bencana, Gyalje telah menghabiskan total 90 jam di Zona Kematian, 70 di antaranya dihabiskan untuk mengoordinasikan penyelamatan.

Hari ini, Gyalje memandu ekspedisi ke Everest, Ama Dablam dan mengadakan kursus pelatihan. Gyalje tinggal di Kathmandu, Nepal bersama istri dan dua orang anaknya.

Phurba Tashi Sherpa Lahir pada tahun 1971, Tashi memegang gelar paling banyak 8.000 m. puncak naik, dengan 30 di bawah ikat pinggangnya. Pendakian ini mencakup 21 puncak yang telah ia selesaikan di Gunung Everest, yang secara efektif menyamai pensiunan rekor Apa Sherpa dari 21 pendakian Everest pada saat pensiun.

Tashi biasanya menjadi kepala pemandu untuk Russell Brice (Selandia Baru). Pendakian Tashi juga mencakup puncak pada Cho Oyu (5), Manaslu (2), Shishapangma (1) dan gunung saudara perempuan Everest, Lhotse (1)
Phurba Tashi Sherpa
Tashi paling diingat untuk penampilannya dalam seri Everest: Beyond the Limit yang di produksi oleh Discovery Channel di mana ia terlihat memarahi seorang pendaki untuk terus turun dengan memanggilnya "malas." Itu adalah taktik cerdas oleh Tashi untuk membuat pendaki turun. Pendaki itu lelah dan dia hampir menyerah, mungkin sekarat.

Tashi juga muncul di pusat film dokumenter Sherpa , di mana ia menceritakan Gempa Bumi Everest 2015 , setelah itu, ia pensiun. Phurba Tashi Sherpa tinggal di Khumjung, Nepal.

Ang Dorje Sherpa Lahir pada tahun 1970, Ang Dorje menjadi legenda di Everest dan mungkin salah satu Sherpa terbaik yang masih mendaki hingga sekarang. Ang Dorje telah mencapai Everest sebanyak 19 kali bersama perusahaan ekspedisinya, Adventure Consultants.

Ang Dorje dikontrak oleh Adventure Consultants ketika berada di bawah kepemilikan Baru Rob Hall pada tahun 1996 sebagai Sirdar. Musim itu, Dorje akan kehilangan teman lamanya, Rob Hall, dalam badai besar yang menjebak pendaki di Death Zone.

Total ada 7 pendaki tewas selama Bencana Everest 1996 . Bersama dengan Lakpa Tshering Sherpa, Dorje melakukan upaya untuk mencapai Hall, yang terletak di dekat sisi Selatan, namun terpaksa kembali oleh badai yang berada 100 meter dari posisinya.
Ang Dorje Sherpa
Ketika perusahaan di ambil alih oleh Guy Cotter, Dorje tetap terikat kontrak dengan Adventure Consultants. Dorje telah memimpin ekspedisi di Aconcagua, Rainier, Kilimanjaro dan Island Peak.

Prestasinya termasuk 19 pendakian Everest, 7 puncak di Cho Oyu, dan puncak di Broad Peak, Gasherbrum II dan Ama Dablam.

Dorje kemudian menikahi seorang wanita yang ditemuinya di Everest Base Camp South. Setelah itu, ia beremigrasi ke Amerika Serikat di mana ia bekerja sebagai mekanik turbin angin di Washington. Dia terus mendaki setiap tahun.

Lakpa Gelu Sherpa Lahir pada tahun 1967, Lakpa Gelu terkenal karena memegang rekor sebelumnya untuk pendakian tercepat di Gunung Everest dalam waktu 10 jam 56 menit dan 46 detik pada tahun 2003. Rekor pendakiannya adalah puncak kesepuluh Everest. Akan tetapi catatan ini kemudian dilampaui oleh Pemba Dorje Sherpa, dengan waktu pendakian 8 jam 10 menit pada tahun 2004.
Lakpa Gelu Sherpa
Seolah antara Gelu dan Dorje terjebak dalam persaingan untuk menjadi yang tercepat. Dorje pertama kali memecahkan rekor pada tahun 2003, dengan waktu pendakian 12 jam dan 45 menit. Gelu kemudian melampauinya tiga hari kemudian dengan pendakiannya, meninggalkan Dorje untuk memecahkan rekor pada tahun 2004. Gelu kemudian tinggal di Utah di mana dia mendirikan Adventure Ascents pada 2008.

Diolah dari berbagai sumber

Menggapai Puncak Besar Gunung Malabar 2.343 M.dpl

Source : GPS Garmin Montana 680 & GPS Garmin 60csx
Track Log 21 - 22 September 2019 (Salah input posisi puncak pada GPS)
Gunung Malabar merupakan sebuah gunung api yang terdapat di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan titik tertinggi 2,343 meter di atas permukaan laut. Puncak Besar Malabar merupakan salah satu puncak yang dimiliki Pegunungan Malabar.

Beberapa puncak yang lain adalah Puncak Mega, Puncak Puntang, dan Puncak Haruman. Secara umum tidak ada jalur pendakian yang jelas. Trekking hampir seluruhnya melalui kawasan kanopi belantara pegunungan.

Pada episode pertama, saya gagal mencapai Puncak Besar Gunung Malabar, akibat kesalahan memasukan input titik koordinat puncak tujuan pada GPS.
Terpaksa kembali turun (Trekking 21 - 22 September 2019)
Menurut info peladang, tak jarang macan tutul terlihat turun ke ladang, dan bahkan terkadang macan kumbang (panthera pardus) juga memakan anjing penjaga peliharaan para peladang.
Batang pohon tua tumbang beserta akarnya
Gambaran kanopi kawasan rimba pegunungan Malabar
Hari Sabtu tanggal 28 September 2019, saya memutuskan kembali naik untuk memperbaiki kesalahan sekaligus berniat memasang plang triangulasi di Puncak Besar Malabar.

Kali ini berempat, dimana dua orang merupakan anggota Sispala SMA Lembang yang ingin belajar navigasi gunung rimba secara langsung. Trekking di mulai dari Shelter LMDH yang berada di ketinggian 1.843 meter.
Shelter LMDH, Pangalengan, Puncak Besar Malabar
Setelah melewati kawasan ladang dan mampir di warung kopi Pak Ayo di ladang terakhir, trek yang ada di hadapan pun mulai memasuki rapatnya kawasan rimba belantara pegunungan.

Tujuan hari ini adalah mencapai Camp Datar Peda 2.022 meter. Camp ini relatif cukup aman. Karena perlu diingat, kawasan rimba Pegunungan Malabar ini masih ada terdapat habitat Macan Tutul atau Macan Kumbang.

Dimana binatang ini aktif mencari mangsa menjelang sore hari, dan akan menjadi sangat teritorial dalam menjaga wilayah kekuasaannya, terutama bila saat musim kawin tiba.
Trekking episode ke 2 - menggapai Puncak Besar Gunung Malabar






Setelah sempat kebingungan dan beberapa kali berkeliling mencari di tengah belantara pegunungan, akhinya menjelang sore lokasi Camp Datar Peda di temukan. Disini di putuskan untuk mendirikan tenda dan melanjutkan trekking kembali hari kemudian.
Track log GPS Garmin tanggal 28 - 29 September 2019
Pagi hari tanggal 29 September, usai sarapan, packing dan bersih-bersih semua sampah bawaan, trekking kembali di mulai. Rapatnya vegetasi pepohonan dan belukar, membuat kaki susah melangkah untuk dapat melalui duri tajam belukar yang menggores bagian lengan dan wajah.

Sempat juga terjadi kendala sinyal GPS hilang atau tidak tertangkap, terutama saat berada dalam rapatnya kanopi belantara. Beberapa kali di temui pohon tua yang tumbang di sepanjang lintasan.

Bagi saya pribadi justru ini sangat menyenangkan. Menginggat medan trekking semacam ini sudah pasti takkan di temui di jalur pendakian konvensional yang di lewati pada umumnya.
Melewati pohon tumbang pada beberapa titik
Membaca arah tujuan dengan GPS Garmin


















Puncak Besar Malabar, walau ketinggiannya dibawah 2.500 m.dpl, tapi sulit. Salah satu syarat utama untuk mencapai puncaknya dan tidak ingin tersesat adalah harus memiliki pengetahuan ilmu medan peta kompas yang memadai.
Menurut hemat saya, bisa jadi Malabar merupakan salah satu gunung yang paling sepi di Jawa Barat. Untuk yang pingin menjajal belantara pegunungan di daerah Pangalengan dapat membuka peta AMS disini : 
Koordinat Geografis Puncak Besar Gunung Malabar

Plang triangulasi akhirnya terpasang di Puncak Besar Gunung Malabar.

Untuk cuplikan videonya dapat disaksikan : https://www.facebook.com/1106135428/videos/10218893139175269/

Belajar Mengenal Secara Umum Pengetahuan Kegiatan Alam

Persiapan umum untuk suatu kegiatan alam bebas meliputi dari kesiapan mental, fisik, budaya, etika, pengetahuan dan ketrampilan.

Kesiapan mental
Mental amat berpengaruh besar terhadap semangat dan daya juang individu atau team dalam menyelesaikan misi atau tujuan yang hendak di capai.

Kesiapan fisik
Beberapa latihan fisik yang misalnya :
Stretching (sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga), Jogging (lari pelan-pelan, lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan, tetapi jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu ke waktu. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up. Lakukan sesuai kemampuan dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.

Kesiapan administrasi
Mempersiapkan seluruh prosedur perijinan sesuai SOP yang berlaku untuk dapat memasuki wilayah tujuan kegiatan yang telah di rencanakan.

Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan
Pengetahuan untuk dapat bertahan hidup di alam bebas merupakan kemampuan syarat dasar wajib bagi penggiat alam bebas. Meliputi pengetahuan tentang (IMPK) Ilmu Medan Peta Kompas, Survival serta EMC [Emergency Medical Care] praktis.

Perencanan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data, dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel, atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek daerah yang akan di jelajahi.

Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan didaki.

Rencana Operasi Perjalanan (ROP)
Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki didaerah tersebut.

Buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian kerja, tentukan kapan waktu makan, istirahat, dan sebagainya.

Dalam sebuah perencanaan, perhatikan :
  • Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
  • Mempelajari medan yang akan ditempuh.
  • Teliti rencana pendakian dan rute yang ditempuh secermat mungkin.
  • Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
  • Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
  • Perlengkapan dasar perjalanan
  • Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
  • Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
  • Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
  • Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
  • Ransel / carrier.
  • Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
  • Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
  • Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
  • Jam tangan.
Packing perlengkapan kedalam carrier.
Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya. Masukkan dalam kantong plastik atau dry bag. Letakkan barang barang yang ringan dan jarang dipakai, misalnya : perlengkapan tidur letakkan pada yang paling dalam. Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil. Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung. Dan jangan lupa buat checklist barang barang tersebut.

Jenis Gunung dan Grade Pendakian Indonesia :
Pada garis besar gunung di tanah air terbagi menjadi dua, yaitu gunung strato vulconologi dan non volcanologi.

Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
  • Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) - seperti perisai
  • Gunung berapi strato
  • Gunung berapi maar - Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya membutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang.
Menurut Club “Mountaineers”, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.

Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai (class)
  • class 1 : lintas alam tanpa bantuan tangan
  • class 2 : dibutuhkan bantuan tangan
  • class 3 : pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
  • class 4 : pendakian memerlukan tali pengaman
  • class 5 : dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
  • class 6 : mendaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas paku tebing, memanjat sling atau stirupss
Pendakian class 4 masuk dalam katagori scrambling (Mendaki dengan cara mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan dengan medan yang miring sampai 45 derajat), dan class 5 – 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai climbing (panjat).
Dimana class 5 merupakan free-climbing (Pemanjatan dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, disini alat hanya sebagai pengaman saja).
Class 6 adalah artificial climbing (Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan dipegang ).

Apa bila dilakukan di gunung batu / cadas disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and ice climbing . Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi tersendiri.

Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian (grade)
  • grade I : dapat ditempuh dalam beberapa jam
  • grade II : dapat ditempuh dalam setengah hari
  • grade III : dapat ditempuh dalam sehari penuh
  • grade IV : dapat ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
  • grade V : dapat ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
  • grade VI : dapat ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan
Berdasarkan tingkat kemanan pemanjat dari kemampuan alat
  • A1 : aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendaki.
  • A2 : aman, jikapun terjadi maslah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal.
  • A3 : penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan teliti dan fall-faktor yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa berakibat fatal.
  • A4 : pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki.
Berdasarkan tingkat kesulitan medan
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal System (YDS). Peng-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya.

Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing (Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek)

Logistik Pendakian
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi. Selama pendakian seseorang membutuhkan sekitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, dan untuk kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi.

Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam, alasannya beras realtif berat dan memerluakan waktu lama untuk memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras sendiri dapat digantikan dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
ram zat gizi karbohidrat menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan protein 4 kalori. Agar zat–zat gizi tersebut dapat digunakan didalam tubuh dengan sempurna, harus diatur komposisinya sbb :
  • Protein : 12%-15%
  • Lemak : 20%-25%
  • Karbohidrat 60%-70%
Misal :
Kebutuhan energi adalah 3.500 kalori maka susunan/komposisi gizi-nya adalah sebagai berikut :

Penjelasan :
  • Kalori dari protein = 15% x 3.500 kalori = 525 kalori
  • Protein 1 gram = 4 kalori
  • Jumlah protein = 525 : 4 = 131.3 gram
  • Kalori dari lemak = 25% x 3.500 kalori = 875 kalori
  • Lemak 1 gram = 9 kalori
  • Jumlah lemak = 875 : 9 = 97.2 gram
  • Kalori dari karbohidrat = 60% x 3.500 kalori = 2100 kalori
  • Karbohidrat 1 gram = 4 kalori
  • Jumlah karbohidrat = 2100 : 4 = 525 gram
Hal yang perlu diperhatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Nutrisi yang buruk atau pas-pasan dapat mengurangi daya tahan (endurance), membuat otot sulit recovery dan membatasi kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-selnya setelah satu hari penuh kerja keras melakukan aktivitas alam bebas.

Ujung-ujungnya akan mempengaruhi moral dan skill dari pendaki itu sendiri. Karenanya penting sekali kita sadar akan perlunya karbohidrat, protein dan lemak serta komponen nutrisi lainnya supaya tubuh tetap fit selama pendakian.

Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.

Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terkadang dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat, dan atau menjaga tubuh tetap bersih.

Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah membawa kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang kotor dan basah, tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah pendakian.

Sampah jangan dibuang begitu saja di alam. Selain mengotori alam, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian survivor terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.

Fakta Tentang Mount Everest VS K2 (Godwin Austen)

"Everest dan K2 bukan olahraga yang sama", kata Chris Szymiec, di trailer untuk film K2. Butuh sepuluh ekspedisi besar tim Inggris dan Swiss antara 1921 - 1953 agar seseorang dapat berdiri di atas puncak Everest.
Chris Szymiec
Pada dekade tahun 1970-an, pendaki lebih berani mencoba gaya alpine. Dan tahun 1980 Reinhold Messner melakukan pendakian solo tanpa oksigen. Pada masa itu seseorang harus menjadi salah satu pendaki yang terbaik di negara-nya untuk dapat memiliki kesempatan ke naik Everest.

Dekade 1990-an mulai banyak bermunculan perusahaan operator petualangan untuk memandu para pendaki yang kurang berpengalaman. Tidak berarti itu akan mudah, tetapi dengan adanya operator berpengalaman, tentu sangat membantu bagi pendaki mencapai Everest.

Selain itu dukungan dari para Sherpa merupakan salah satu kontribusi terpenting. Sherpa bekerja keras membawa barang, mendirikan camp, memasang peralatan, dan juga menjaga rasa aman pendaki saat naik melewati berbagai hambatan teknis. Ramalan cuaca yang lebih modern dewasa ini juga sangat membantu. Pendaki hanya perlu menyiapkan kondisi fisik yang prima.
Mt.Everest Base Camp
Medan pendakian Everest lebih menguntungkan untuk kegiatan ekspedisi komersial. Sebagian besar lintasan medan hanya melalui salju curam dan batu. Resiko yang timbul lebih karena akibat dari penyempitan medan yang curam.

Hambatan teknis yang sulit seperti saat melintasi Northeast Ridge atau ceruk-es di Khumbu Icefall. Tapi hal itu telah dapat diatasi dengan tangga. Namun bagi seorang trekker yang kompeten dapat melewatinya dengan memakai kapak es dan crampon.

Sementara disisi lain K2 belum menjadi komersial seperti Everest. Operator disana hanya menyediakan logistik base camp. Selanjutnya untuk dapat mencapai puncak, semua tergantung pendaki sendiri.

Porter Karakoram Pakistan (dikenal sebagai HAP), dan lazim digunakan oleh beberapa team untuk memberikan dukungan. Tetapi tidak banyak dari porter di sana yang memiliki pengalaman mendalam tentang ekspedisi. Banyak "operator karakoram" hanyalah kumpulan individu yang berbagi izin, sementara pencapaian ke puncak K2 tetap membutuhkan kerja sama antar pendaki.

Cuaca di Karakoram, Pakistan juga sulit di prediksi dan jauh lebih parah daripada cuaca di Nepal, Himalaya. Ada tahun ketika pendaki tidak dapat cuaca cerah sama sekali. Rute pemanjatan K2 sangat berbahaya, dan seorang pendaki harus bisa membuat perhitungan yang baik.

Meskipun dengan persiapan yang lebih baik, namun K2 tetap lebih berbahaya. Inilah salah satu faktor yang membuat para perusahaan operator komersial kurang tertarik. Untuk mencapai puncak, seorang pendaki tidak cukup hanya tahu bagaimana menggunakan kapak es dan crampon. Pendaki K2 harus paham betul pemanjatan es dan batu, serta mampu melakukan pemanjatan cepat dengan beban berat.
K2 Base Camp
Terdapat banyak kesulitan pada rute Abruzzi, seperti "House's Chimney, Black Pyramid, Bottleneck Couloir and Traverse", yang tidak akan ditemukan di Everest. Yang pertama adalah gundukan batu vertikal setinggi 100 meter, dengan padang es curam antara camp 1 dan camp 2. Selanjutnya lereng salju dengan beberapa bagian vertikal curam.

Pendaki K2 akan melintas langsung di bawah serac besar, di mana itu sangat mudah longsor. Pada tahun 2008, terjadi tragedi yang banyak memakan korban jiwa. Peristiwa tersebut terjadi di atas camp 4, pada ketinggian kurang lebih sekitar 8.300 meter. Dimana hal tersebut merupakan gambaran rasa putus asa dari seorang pendaki yang kelelahan turun dari puncak.

Seperti apa yang dikatakan Mummery, K2 melewati tiga fase yang berbeda. Apakah suatu saat nanti K2 menjadi puncak komersial juga?
Diolah dari berbagai sumber

Maps of the Eight-Thousanders - 'Himalaya - Karakoram'

Location map of the Eight-Thousanders
K2 and neighbouring peaks (image source: http://www.himalaya-info.org/Karakorum_flug.html)
Map showing the Major Mountains of the Pakistan Karakoram
Major Mountains and Glaciers of the Pakistan Karakoram
Location map of the 8000m peaks of Pakistan
Nanga Parbat Location Map
Map of  Pakistan Karakoram and Hindu Kush Regions