Misteri Misi SAR Vincent - Gunung Argopuro 2006

Pada awal tahun 2006, personil SAR sangat sibuk oleh kegiatan penanganan bencana di beberapa daerah di tanah air. Tiba-tiba ada berita seorang mahasiswa dari Universitas Parahyangan Bandung hilang di Gunung Argopuro.

Tentu saja kabar tersebut menimbulkan beragam tanda tanya. Mengingat saat itu kawasan Argopuro sedang ditutup akibat longsor dan banjir bandang yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Jadi bagaimana caranya dia berhasil masuk dalam kawasan pegunungan.

Apalagi dia melakukan pendakian solo dengan hanya berdasar pedoman referensi buku cetakan Belanda The Hyang Plateu. Jadi kemana sebenarnya tujuan dan rute yang diambil Vincent?

Brefing pun diadakan. Peta di amati mencari arah kemungkinan pergerakan survivor. Catatan berbagai bukti awal dikumpulkan sebagai bahan analisa.

Sebelum penutupan pendakian kawasan Argopuro, ada rombongan pendaki dari salah satu SMA mengaku sempat berpapasan dengan survivor pada base camp sebelum menuju puncak.

Informasi tersebut menjadi sumber awal berharga bagi pelacakan. Buku The Hyang Plateu pun tak luput turut di pelajari. Beberapa kawasan yang disebutkan coba di analisa satu-persatu.

Kasus hilangnya Vincent ini tergolong unik. Sebab selama ini memang belum ada yang naik gunung hanya berbekal dengan panduan sebuah buku kuno, yang tentunya berisi rute perjalanan jalur kuno berikut dengan bahasa belanda.

Beberapa data jalur yang sering menjadi pangkal tersesatnya pendaki coba di analisa. Setelah semua data terkumpul, SMC segera memberangkatkan tim advance ke lokasi yang telah ditentukan. Tim advance umumnya berjumlah 4-6 personil (disesuaikan kebutuhan, red). Tugas utama adalah melakukan analisa data awal lapangan.

Tim advance tidak bertangungjawab terhadap pencarian meski tidak jarang korban ditemukan saat olah tempat kejadian. Tugas utama mereka hanya sebagai tim pencari data awal guna menaksir segala kebutuhan personil, baik itu logistik, atau peralatan untuk operasi misi SAR.

MENELUSURI JEJAK ERA EKS JAMAN KOLONIAL DI GUNUNG ARGOPURO
Pegunungan Argopuro merupakan jajaran pegunungan yang unik. Kawasannya meliputi 4 kabupaten di Jawa Timur.

Tipikal kontur medan trekking relative konstan bila melewati jalur konvensional. Hanya saja yang bikin berbeda adalah jarak tempuhnya terpanjang di Pulau Jawa. Sudah pasti trek Argopuro akan membuat dengkul kaki jadi lemes.

Marinir juga menjadikan gunung ini sebagai sarana pendidikan dan pelatihan sebelum mendapatkan brefet jungle survivor. Durasi pendakian sekitar 5-6 hari perjalanan normal.

Pada Buku The Hyang Plateu, terdapat keterangan tentang beberapa situs purbakala yang terdapat di kawasan pegunungan ini. Mulai situs arca, punden, petilasan, sampai beberapa bekas pondasi padepokan, dan lainnya.

Tim advance yang terdiri dari 4 orang bergerak cepat menuju lokaasi. Kondisi cuaca sedang hujan dengan suhu ekstrim dan terjadi badai di beberapa lokasi. Bila hasil lapangan valid, maka misi SAR Vincent akan dilaksanakan. Tentu saja semua kepastian akan ditentukan berdasarkan hasil laporan resmi tim advance.

Para rekan yang telah on air di canal radio SSB menunggu info update sebelum mengerahkan bantuan. Radio HT yang terpancar pada dial yang disepakati dengan interval laporan tiap jam genap. Berita berkaitan dengan kondisi cuaca, medan serta posisi koordinat.

Laporan yang diterima akan tercatat dan di terjemahkan oleh staf SMC dalam bentuk koordinat dan kemudian langsung di relay ke basecamp Mahitala Bandung.

Misi tim advance meliputi identifikasi bekas jejak, sampah, atau benda yang di duga kuat milik survivor sesuai data rekaman barang bawaan. Selanjutnya lokasi temuan di beri tanda atau marker SAR.

Data lapangan coba di analisa. Temuan yang dinyatakan barang fix milik survivor tercatat sebagai A1 (valid).

Setelah tim advance merekomendasikan temuan tersebut valid, maka struktur misi SAR pun di bentuk. SMC secara resmi menyatakan Operasi Misi SAR di buka. Berita SAR Vincent Argopuro segera di sebar ke semua seketariat penggiat alam bebas.

SRU segera di berangkatkan. Perlengkapan, logistik, peralatan dan personil yang terlibat semua di data. Daftar list dilengkapi form E-SAR.

SRU pertama menyisir arah Puncak Argo dan Puncak Rengganis. Area tersebut dianggap merupakan target paling popular. Tim analisis bekerja menyiapkan skenario pencarian berdasarkan buku Hyang Plateu, yang menjadi jejak terakhir survivor yang teridentifikasi serta juga kesaksian dari sekelompok pendaki SMA.

Hasil pencarian area puncak di laporkan nihil. Pencarian lalu coba di kembangkan ke area sebagaimana yang ada dalam buku The Hyang Plateu. Area ini tentunya jarang di lewati serta hanya di ketahui segelintir orang saja, karena memang eks rute jaman kolonial.
Track overview
Area penyisiran pertama adalah Alun-Alun Kecil (Alun-Alun Lonceng). Ternyata nihil dan tak ditemukan tanda-tanda apapun. Area berikutnya adalah Rawa Embik. Hasilnya masih tetap nihil.

Personil baru terus berdatangan. Pencarian pada rute eks jaman kolonial masih dilakukan. Area Mata Air Panas juga tak luput di sisir. Letak area ini masih sekitaran posisi survivor terakhir terlihat.

SMC yang pada saat itu dikendalikan oleh almarhum Sancos (meninggal sepulang tugas dalam perjalanan ke Bali) berusaha mengurai hasil temuan. Di sisi lain pihak keluarga survivor sudah mulai tiba di kantor SMC Bremi.

Segala usaha untuk mengetahui keberadaan survivor dilakukan dengan berbagai cara. Dari cara yang masuk akal, sampai cara yang memakai unsur klenik. Unsur ini umumnya menimbulkan dampak psikologi dan dapat membuat keluarga survivor lebih tenang.

Namun bagi tim lapangan tentu saja tidak demikian. Kehadiran para SARKUN (SAR DUKUN) sudah pasti membuat susah. Pemikiran supranatural mereka jelas bertentangan dengan nalar manusia normal.

Salah satu peristiwa unik dan lucu adalah ketika para SARKUN meminta tim untuk membawa ayam, jeruk, piring dan berbagai unsur klenik lainnya. Tidak hanya itu, para SARKUN juga minta diantar naik ke atas.

Jelas permintaan aneh mereka ini sangat merepotkan. Sebagian personil dari SRU mulai merasa frustasi dan keki. Beberapa metode skenario pergerakan tanpa disadari sempat terpengaruh oleh saran ghoib para SARKUN.
Basecamp Cisentor - Dokumentasi Mahitala
Semua lokasi mata air panas di susuri. Baik air panas di kawah, maupun pada aliran sungai. Semua hasil lapangan diteruskan OSC untuk di analisa oleh SMC.

Tidak ditemukan hal berarti pada area tersebut selain hanya mendapati beberapa titik longsor. Area mata air panas yang berada pada aliran sungai pun telah tertutup longsor.

Spekulasi dan analisa pun mulai berkembang. Dari kemungkinan Vincent terkubur longsor sampai dia hanyut terbawa banjir saat bergerak mencari lokasi mata air panas.

Namun apakah senekat itu? Vincent tidak begitu paham medan Argopuro. Meskipun memiki GPS dan panduan buku Hyang Plateu. Sudah pasti semua itu tidak menjamin. Dan apakah seorang Vincent mampu melalui rute era eks jaman kolonial itu seorang diri?

Seorang peneliti senior rasanya juga tak akan seceroboh itu. Para peneliti pasti memiliki tim lengkap dengan para porter. Sulit rasanya di percayai melakukan single riset Argopuro dengan hanya berbekal buku Hyang Plateu dan GPS saja.

GPS sendiri memiliki keterbatasan dan dapat rusak akibat berbagai penyebab. Kabut tebal dan rapatnya kanopi vegetasi pepohonan akan mengakibatkan sulit mendapat sinyal satelit. Penggunaan GPS memang harus di tunjang dengan pemahaman ilmu medan peta kompas secara benar.

Sebelum menjelajah, seorang navigator pasti akan mempelajari terlebih dulu karakter medan dan menghapal beberapa obyek pada daerah tersebut.

Bagi mereka yang tidak paham navigasi pasti akan serta merta mengikuti arah GPS tanpa memperdulikan jarak dan karakter kondisi medan.

Sabana Cikasur - Argopuro
Vincent diduga hanya membawa membawa peralatan ultra light saat lost person. Peralatan didalamnya antara lain GPS, kamera dan tripot.

Gunung Semar dengan punden dan arcanya, Kawah Ciceding, Cemoro Kandang serta beberapa kawasan lainnya yang terdapat pada buku Hyang Plateu, merupakan area yang sulit di capai dan berat bilamana hanya membawa peralatan minimalis.

Tim menemukan bekas bivak alam (berupa tumpukan rumput), bekas sepatu dan batang korek api di seputaran Puncak Rengganis. Survivor disinyalir pernah beristirahat disana.

Tim bergerak menyisir menuruni tebing menuju goa macan yang letaknya tak jauh dari puncak. Memang ditemukan bekas jejak, namun belum jelas bekas jejak siapa.
Metode ESSU (Expending Square Singgle Unit) -Umum digunakan apabila Most Posible Position tidak di ketahui
Pencarian sudah mencapai14 karvak. Umumnya metode pencarian di Argopuro memakai metode spiral, yaitu menyisir melingkar dan terus membesar, di mulai dari karvak tempat di mana survivor terakhir terlihat.

Memang melelahkan mengingat luasnya wilayah yang disisir. Saya rasa metode spiral kurang efektif pada daerah yang memiliki vegetasi kanopi rapat. Mengingat peluang survivor bergerak liar ke semua penjuru pada area tersebut sangat kecil.

Pilihan bagi survivor untuk tipe seperti medan Argopuro hanyalah bergerak mengikuti alur punggungan, alur lembah atau alur jurang. Jumlah personil yang dilibatkan sangat banyak, sampai basecamp Cisentor jadi mirip dengan kampung pendaki. Metode Camp In memang membutuhkan jumlah personil banyak.
Sistem Pencarian Marker
Misi SAR Vincent menjadi operasi pencarian terlama di Indonesia. Ada penambahan waktu standart pencarian, dan sudah pasti mengeluarkan cost yang besar.

GELAS DI KAWAH CICEDING
Masa-masa pencarian Vincent telah mendekati masa-masa terakhir dari standart waktu pencarian orang hilang. Namun tak banyak kemajuan yang di dapat. Hanya ditemukan bekas bivak alam di area Rengganis yang mungkin mendekati indikasi jejak survivor.

Pada hari ke 22, yang artinya tinggal 5 hari lagi waktu tersisa operasi misi SAR di tutup. Lebih dari 100 personil secara resmi tercatat menjadi SRU, dan berbagai area pencarian kini sudah penuh dengan stringline.

Sudah hampir 30 karvak tersisir. Namun keberadaan Vincent masih misteri. Belum ada temuan yang mengarah ke survivor selain hanya analisa- yang berakhir kebuntuan.

Hanya rute selatan yang belum di jelajahi. Memang tak mungkin, mengingat area selatan hancur total akibat banjir dan tanah longsor yang melanda beberapa bulan lalu.
Posko SAR Krucil, Bremi - Dokumentasi Mahitala
Semua staff SMC dan OSC mengadakan rapat untuk strategi pencarian terakhir di markas SMC Bremi. Semua hasil temuan serta segala kemungkinan dugaan arah perjalanan survivor dan beberapa contoh kasus pendaki hilang di masa lalu juga di paparkan sebagai studi kasus.

Analisa arah alternative turun survivor mengerucut pada dua wilayah, yaitu area Kawah Ciceding dan area kawasan Cemoro Kandang.

Cemoro Kandang merupakan jalan menuju Kabupaten Jember. Sedangkan area kawasan Kawah Ciceding merupakan jalur alternative menuju kawasan pantai utara, dimana jalurnya masih tertutup dan sangat panjang sehingga sangat mustahil untuk ditembus.
Danau Taman Hidup
Sementara laporan dari tim yang menyapu area belakang jurang Rengganis, memberi info tidak ada tanda-tanda survivor menuruni jurang tersebut. Begitu juga dengan tim yang melakukan penelusuran di seputaran area Gunung Semar, hasilnya juga nihil. Sementara area cekungan air di selatan Taman Hidup juga nihil.

Rapat tersebut selain dihadiri unsur yang terlibat, keluarga dan perwakilan Mahitala. Misi operasi SAR tersisa 5 hari lagi. Namun pihak keluarga memohon untuk dilanjutkan perpanjangan masa pencarian. Dimana nantinya segala beban kebutuhan tim akan dipenuhi oleh pihak keluarga. SMC menyetujui untuk melanjutkan dan menambah waktu operasi misi SAR.

Pihak keluarga memohon untuk menemukan survivor dalam kondisi apapun dan juga menjajikan akan memberikan bantuan genset untuk keperluan tim di Cisentor. Pihak keluarga juga menyediakan komunikasi telepon satelit. Dan bilamana survivor ditemukan, maka proses evakuasi akan dilakukan dengan helikopter carteran.
Tehnik Confinement atau Camp In
Wilayah yang akan di telusuri selanjutnya adalah Cemoro Kandang, Landingan, Kawah Ciceding dan lainnya. Mengingat area pencarian telah melebar, maka metode pencarian menggunakan flying camp atau Camp In. SRU akan melakukan penyisiran dalam waktu 2-3 hari dengan skenario bermalam di tengah jalan.

Kemudian SMC meliburkan SRU selama satu hari sambil melakukan distribusi logistik yang dijanjikan pihak keluarga. Keesokan hari puluhan porter bergerak logistik, genset serta semua kebutuhan lain termasuk antenna pengarah yang akan di pasang di Cisentor.

Komunikasi selama ini memang sulit dan harus di relay. Tidak bisa langsung dari lokasi ke SMC Bremi. Selama ini tak jarang harus dengan bantuan masyarakat pengguna radio amatir untuk relay laporan operasi di lapangan.

Ada skenario skala wilayah pencarian di perbesar mengingat jumlah supply logistik yang di kirim juga sangat banyak.

Setelah libur satu hari, OSC kemudian memberangkatkan SRU yang ada, masing-masing dengan membawa perbekalan logistik minimal 3 hari pencarian berikut peralatan evakuasi. Tercatat ada dua SRU bergerak menuju Cemoro Kandang dan Kawah Lama.

Menyusuri semak dengan tumbuhan jingkat khas Argopuro yang terkenal dapat menimbulkan rasa panas tersengat bila disentuh. Akibatnya banyak personel yang bajunya robek tersayat duri dan semak. Dari penyusuran Kawah Aktif 1 dan 2, tim tak menemukan jejak.

Sementara tim yang bergerak menuju Cemoro Kandang dan Landingan juga tak menemukan sesuatu selain menemui jalur yang sudah mulai tertutup karena hampir tak pernah dilewati oleh pendaki. Penyisiran area tersebut  juga dilakukan, mengingat pada dasawarsa 90-an pernah ada 2 pendaki yang di temukan tersesat di jalur itu.
Lokasi penemuan gelas (marker orange) - dokumentasi Mahitala
Berita menggembirakan datang dari SRU yang menyisir area kawah mati Cicending. Mereka menemukan sebuah gelas berwarna biru yang bertuliskan Ace Hardware. Barang tersebut dicurigai milik survivor.

Berita ini pun segera di relay ke OSC. Dengan adanya berita temuan ini maka OSC memutuskan mengirimkan tim tambahan.

Sementara suasana di Cisentor telah penuh sesak oleh tenda tim pencari. Adanya genset mampu mensuplai listrik untuk penerangan dan juga radio komunikasi. Hiburan paling mewah adalah mendengarkan lagu-lagu yang direlay.

Gelas telah sampai di markas SMC pun segera di identifikasi. Pihak keluarga maupun para rekan Mahitala menyatakan memang benar gelas biru itu milik survivor. Pengejaran pun dioptimalkan pada area seputar Ciceding.

Meskipun pada saat itu kawasan Ciceding dilanda badai hebat. Bahkan sempat membuat salah satu anggota SRU jadi ketakutan akibat kerasnya angin saat melipir tepian tebing dan berharap tidak terhempas ke jurang.
Kawah Puncak Rengganis
Kondisi cuaca saat itu memang sedang parah akibat pengaruh badai Billy dari Australia. Badai angin kencang dan hujan lebat sempat menimbulkan kepanikan bagi SRU di lapangan. Belum lagi munculnya kabut tebal yang membatasi jarak pandang.

OPERASI MISI SAR VINCENT ARGOPURO AKHIRNYA SECARA RESMI DITUTUP
SAR Argopuro yang berlangsung selama 52 hari dari tanggal 1 Febuari 2006 hingga tanggal 24 Maret 2006. Banyak hal mengapa tim tidak dapat menemukan Vincent.

Pertama kawasan Argopuro sangat luas dan ada lebih dari 10 puncak disana. Dan hanya Puncak Argo dan Puncak Rengganis saja yang umumnya di daki. Sementara lokasi lainnya umumnya jalurnya sudah tertutup dan tidak dapat dilalui.

Operasi misi SAR Vincent sangat luas. Meliputi beberapa area sesuai buku Hyang Plateu yang menjadi panduannya. Kondisi cuaca saat itu sedang buruk. Beberapa titik terdapat longsor dan banjir. Memang bisa saja survivor terjebak disana.

Salah satu penyebab kesulitan pencarian Vincent menurut pendapat saya pribadi, antara lain tidak ada kepastian kemana arah tujuan sebenarnya.

Pola pencarian hanya meraba dan mencoba menganalogikan dia akan menuju rute era eks jaman kolonial. Sehingga metode pencarian menyebar luas tanpa fokus pada area tertentu.

Faktor buruknya kondisi cuaca saat pencarian adalah hal tak terhindarkan. Pada bulan Januari sampai Maret, umumnya curah hujan sedang tinggi di Pulau Jawa. Hiking pada bulan bulan tersebut, tentu harus bersiap menghadapi semua konsenkuensinya.
Peta Jalur Gunung Argopuro
Sebagian masyarakat setempat percaya, kawasan Argopuro merupakan wilayah sakral. Banyak terdapat cagar budaya dan situs disana.

Pernah ada sekelompok pendaki tidak dapat turun dan berputar tak dapat menemukan jalan selama 5 hari karena membawa atau mengambil 3 mustika dari Puncak Rengganis.

Ada baiknya untuk menghormati adat istiadat, budaya setempat. Tidak mengambil, merusak maupun bersifat sombong terhadap alam.

Sumber : Edwindy Corbezt dan Mahitala Unpar
Editor : Ludfi Arief Budiman

6 komentar:

  1. Salam Lestari... !
    Sedikit cerita aja yaa... ��
    Saya sempat bergabung dalam team advance, kami sempat bertemu dengan beberapa rekan vincent (mohon maaf saya lupa nama² rekan MAHITALA ����) dari mahitala pada saat perjalanan menuju cisentor, sesampainya di cisentor pun sudah ada beberapa team relawan yang sudah mendirikan tenda di area shelter dan memang benar ketika kami sampai di lokasi, A1 (Carrier) milik survivor tergeletak rapih di dalam shelter cisentor, selepas maghrib, kami coba melakukan kontak menggunakan radio dengan power supply yg seadanya (pada saat itu belum ada accu / genset dll) ke pos awal survivor melakukan pendakian, dibantu SARKUN kami diarahkan ke koordinat yg dimaksud (sempat saya sendiri mendengdar suara erangan seperti kesakitan dari kejauhan / luar shelter) dan ke esokan harinya setelah briefing, sepakat untuk dibagi menjadi 3 team.
    1. Team Argo
    2. Team Rengganis
    3. Team Jalur Air (kawasan cisentor dan sekitar)
    Saya ada di team 3 bersama senior RAPI (ORARI) dan beberapa anggota OPA Jember, medan yang harus kami telusuri cukup rimbun dan terjal, ketika rappeling pun, penambatan dengan jarak turun cukup jauh, dan kedalaman belum jelas karena jatuhnya tali tidak bisa terdengar.
    Percaya tidak percaya, Setelah turun ± 25 meter (memang di belakang sana mata saya sempat terkagum dengan adanya view air terjun yang sangat indah seperti wallpaper di layar PC) pencarian pun terpaksa ditutup, karena para senior diatas mencium aroma khas bunga yg padahal tidak ada tumbuhan bunga di area sekitar. Dan saya pun segera bergegas naik.
    Setelah dirasa tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian lagi, maka kami memutuskan untuk melipir ke jalur air menuju base camp / shelter cisentor tanpa membawa hasil yang memuaskan.
    Kalau tidak salah, Sebenarnya kawasan argopuro pada saat itu juga sedang di tutup terkait musibah banjir bandang, tapi entah kenapa / bagaimana caranya Vincent bisa lolos kesana..???
    Banyak cerita ketika perjalanan mulai dari naik, pencarian, hingga turun (pos krucil), memang Argopuro sungguh luar biasa...
    Mistis dan keindahan alam sungguh bersatu di sepanjang jalur...
    Dan saya pribadi mewakili rekan saya Turut berduka untuk kepergian Alm. SMC. SANCHOS dan Alm. Vincent...
    Semoga Kedua almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi sang maha segalaNYA...
    Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hakekat SAR adalah Misi Kemanusiaan. Peran para penggiat olahraga alam bebas dalam Misi SAR Gunung Hutan sampai saat ini memang tidak tergantikan.
      Sudah pasti ini perbuatan mulia dan bukan tugas yang mudah. Hanya mereka yang punya kesadaran jiwa sajalah yang berani mendedikasikan dirinya tanpa pamrih bagi keselamatan orang lain lain.

      Salam Persaudaraan..

      Hapus
    2. Terimakasih buat ceritanya ttg SAR Vincent dan partisipasinya... sy kebetulan selama SAR stay di pos Baderan. Maaf dgn

      Hapus
  2. Salam lestari....
    Saya juga ikut nge sar Vincent waktu itu....yg saya ingat..saya gabung dengan opa jember....dimana sebelumnya saya ikut jadi sukarelawan bencana alam banjir bandang di jember...jadi inget mba farida ketum mahapena fe unej...sama gores gemapita fkip unej...maaf ga bisa berkata kata lagi...semoga tenang vincent and om sanchos....amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam lestari juga.. terimakasih atas tanggapannya. Sukses dan sehat selalu buat kita semua...

      Hapus
  3. Halo Mas Ludfi, salam kenal. Saya Audy Tanhati dari Mahitala Unpar. Dan saya adalah wakil SMC SAR Vincent Argopuro 2006. Saya membaca blog "Misteri Misi SAR Vincent -Gunung Argopuro 2006". Ada hal yang mengusik saya yaitu di alinea 4, " Apalagi dia melakukan pendakian solo dengan hanya berdasar pedoman referensi buku cetakan belanda The hyang plateu. Jadi kemana sebenarnya tujuan dan rute yang diambil vincent?"

    Menurut saya informasi ini tidak tepat. Sewaktu mendaki Argopuro (yg memang benar seorang diri), Vincent melengkapi diri dengan Peta topografi, kompas dan GPS. Dan referensi Vincent untuk mendaki Argopuro juga dari info-info di Internet yang menurut saya sangat lengkap pada waktu itu.

    Jadi informasi di paragraf itu tidak tepat. Saya sebagai salah satu anggota Mahitala dan sahabat Vincent, mohon agar untuk informasi tersebut di ralat karena sumber tulisan di blog mas juga menjadi acuan konten-konten sejenis di youtube. Terima kasih

    BalasHapus