Kenali Diri Serta Ukur Batas Kemampuan Sebelum Menjelajahi Alam

Altitude sickness umumnya terjadi pada sebagian orang saat berada diatas ketinggian 2.500 m.dpl. Pada ketinggian tersebut tekanan udara mulai menurun dan kadar oksigen makin menipis. Disini perlu aklimatisasi agar dapat adaptasi dengan lingkungan setempat.

Gunung yang menjadi target pendakian di Indonesia umumnya dibawah 4.000 m.dpl, dengan bertipikal gunung statovulcano dan non stratovulcano.

Tentu saja Gunung Kerinci 3.805 m.dpl, di perbatasan Jambi - Sumatera Barat, menjadi titik tertinggi, sementara Gunung Leuser 3.466 m.dpl, di Aceh, tercatat sebagai trekking terpanjang di Indonesia.

Walau Carstensz Pyramid 4.884 m.dpl, juga berada di Papua, Indonesia, namun tentu tidak semua mampu membiayai ekspedisi ke salah satu target Seven Summit dunia tersebut.

Hampir semua target pendakian di Indonesia menggunakan teknik Hill Walking, atau menyusuri jalur setapak dari titik bawah hingga puncak. Terkecuali Gunung Raung 3.332 m.dpl (via Kalibaru), dimana teknik Scrambling atau kata lain penggunaan alat dibutuhkan untuk menambah ketinggian.

Bahaya seperti Hypothermia dan Acute Mountain Sickness (AMS), dapat diminimalisir, tentunya dengan pengetahuan dan peralatan.

Kuncinya adalah harus rutin berolahraga dan selalu berlatih bila mau aman saat aktivitas di alam bebas.

Bila semua unsur telah siap, akan tetapi musibah tetap terjadi, itu adalah faktor X atau faktor diluar kekuasaan manusia. Itulah alasan mengapa kita tidak boleh sombong saat berhadapan dengan alam.

Jadi sebaiknya kenali terlebih dahulu diri sendiri dan ukur batas kemampuan sebelum memutuskan menjelajahi alam.


0 Comments:

Posting Komentar