Mengenal Tentang Metode SAR Gunung Hutan Indonesia

"AVIGNAM JAGAD SAMAGRAM". Semoga Selamatlah Alam Semesta". Merupakan motto atau semboyan dari BASARNAS (Badan SAR Nasional). 

Misi SAR Gunung Hutan merupakan misi pencarian dan penyelamatan yang membutuhkan suatu keahlian tertentu. Sudah tentu pada setiap kejadian orang hilang di gunung hutan, peran vital dari para penggiat olahraga alam bebas tak pernah dapat tergantikan.

Berbeda dengan penanganan kasus Misi SAR kebencanaan lainnya. Dimana semua unsur mulai dari instansi pemerintah, swasta, NGO, ormas, dapat terlibat dan turut berperan aktif pada operasi Misi SAR yang sedang dilaksanakan.

Pada satu sisi SAR Laut dan SAR Udara lebih mengedepankan penggunaan peralatan saat operasi SAR berlangsung. Dimana peran manusia sendiri tak lebih sebagai operator pengguna peralatan. Dapat di kata jenis SAR tersebut lebih berorientasi pada fungsi peralatan yang digunakan.

Namun SAR Gunung Hutan justru lebih menekankan pada peran rescuer itu sendiri. Pendekatannya lebih ke human expertise dan value system. Keahlian dan nilai-nilai inilah yang menjadi basis pokok peran para penggiat olahraga alam bebas dalam Misi SAR Gunung Hutan menjadi tidak tergantikan. Pada umumnya setiap individu penggiat olahraga alam bebas sejak dari awal sudah memiliki pendidikan dan bekal mengenai :

  • Knowledege : Pengetahuan tentang aspek-aspek terkait dalam SAR
  • Attitude : Sikap mental serta siap berkorban dalam menolong sesama walau tanpa imbalan apapun juga, antara lain lebih ke panggilan jiwa, demi kemanusiaan belaka.
  • Skills : Bentuk dasar ketrampilan, atau knowledge yang diaplikasikan, sehingga terbentuk keahlian.
  • Habits : Ketrampilan, pengulangan dan sikap mental melahirkan sebuah kebiasaan, yang selalu aware dan allert ( peduli dan siaga ) terhadap semua bentuk bencana
  • Tools : Pemahaman tentang peralatan yang digunakan di semua medan operasi
  • Team work : Pemahaman bagaimana sebuah proses SAR gunung hutan di inisiasi, yang melibatkan sesama penggiat olahraga alam bebas, sekalipun dari organisasi yang berbeda.
Setiap usaha pencarian dan pertolongan, harus selalu mengedepankan aspek-aspek cepat, tepat, akurat, konseptual dan kontekstual. Dimana semua bentuk response atau tanggapan, harus selalu mengacu pada pemahaman diatas. Sebab jika tidak, maka operasi akan sia-sia, membuang waktu yang sangat berharga, karena hal itu bisa berarti hilangnya nyawa.

RESPONSE
Ketika berita musibah itu sampai ke telinga, maka sebuah tindakan dan pergerakan harus segera diinisiasi dan dilakukan. Semua berlomba dengan waktu, setiap detik menit jam dan hari, menjadi variabel penentu. Walau tetap berpegang teguh pada premis, bahwa kecepatan reaksi bukan datang dari ketergesaan, namun berupa reflek hasil latihan yang di ulang-ulang.

TIRED (Tim Rekontruksi Data)
Bertujuan menelusuri dan memvalidasi data yang masuk tadi. Data dan informasi menjadi sumber referensi. Sebuah keputusan dan kebijakan harus diambil semata berdasarkan pada data, yang tervaliadasi dengan baik dan benar, dan bukan semata hasil opini.

TIREC (Team Reaksi Cepat)
Terjun kelapangan dengan format “hasty search”. Atau pencarian segera, sesuai dengan skala kesiagaan dan kedaruratan. Bertugas menyusun berbagai kemungkinan kejadian yang dapat di rekontruksikan. Team ini punya keahlian dalam membaca jejak sang survivor. Bisa membedakan apakah survivor masih bertenaga, sudah payah lemas, sampai kemungkinan mengalami cedera. Semua berdasarkan pada setiap temuan dilapangan.

Bersamaan dengan itu, organisasi Misi SAR dibangun, berupa base camp yang umumnya terdekat dengan lokasi kejadian. Struktur organisasi SAR lengkap, mulai dari keberadaan SC, SMC, OSC, sampai regu regu e-SAR (explorer SAR).

Data lapangan, baik hasil penelusuran data umum, maupun kronologis, dikumpulkan dan diberi masukan berupa analisis. Sehingga memunculkan dugaan-dugaan yang harus diperhitungkan.

Kemudian ditentukan area prioritas (The most probable area) untuk dilakukan pencarian awal. Biasanya jenis peta yang digunakan adalah peta topografi, dimana luas dan kedalaman dapat digambarkan dengan lebih terukur, berdasarkan pada skala peta. Selanjutnya ditentukan wilayah pencarian yang harus disapu, atau batas karvak lengkap dengan koordinatnya, dan nantinya dibatasi oleh string-line dan taging.

Penugasan pada setiap team e-sar, dari SMC ke OSC, lalu disebar ke SRU, lengkap dengan metoda pencariannya. Diawali metode open-grid, atau jarak setiap personil SRU masih berjauhan dan bergerak paralel dengan kecepatan gerak yang sama. Dilapangan segala kemungkinan dapat terjadi. Mulai dari tingkat kesulitan medan, faktor cuaca, atau kemungkinan berhadapan dengan binatang buas.

Hasil dari penyapuan nantinya berupa prosentase Area-clearance. Atau seberapa prosen area yang tersebut sudah disapu dan dinyatakan bersih. Hasil temuan jejak dilapangan akan dilaporkan pada saat briefing dan evaluasi. Selanjutnya metoda berubah menjadi close-grid.

Pada area terbuka dan landai, sudah pasti lebih memudahkan saat pencarian. Tapi bila menghadapi area berupa jurang dan tegakan, metoda akan berubah menjadi vertical search.

Saat survivor ditemukan baik dalam kondisi hidup atau sudah tak bernyawa, bukan berarti masalah sudah selesai. Tugas team selanjutnya membuat perencanaan jalur evakuasi termudah ke tempat yang lebih aman, agar survivor dapat segera mendapatkan tindakan medis.

SAR GUNUNG HUTAN merupakan Misi Kemanusiaan. Sudah pasti ini perbuatan yang mulia dan bukan sebuah tugas yang mudah. Hanya mereka yang punya kesadaran jiwa sajalah yang berani mendedikasikan dirinya bagi keselamatan orang lain lain.

0 Comments:

Posting Komentar